Selasa, 25 Desember 2018
Seperti biasa,
seminggu di akhir bulan Desember memang menjadi jadwal libur panjang, karena
momen natal dan tahun baru. Libur panjang bagi mereka yang agak nakal, namun
libur berselang-selang bagi mereka yang rajin masuk kantor.
Untuk mengisi liburan
kali ini, berhubung saya tidak ikut serta dalam perjalanan semisal dengan tahun
lalu (keliling Sumut Sumbar selama 10 hari). Liburan kali ini saya lebih
memilih untuk stay di Medan dan ikut serta menyalurkan bantuan untuk beberapa
muallaf di daerah binjai dan Kabupaten Karo.
Senin, 24 Desember
2018,
Kami berangkat dari
Medan, kami ada tiga orang. Saya, pengurus dan seorang ustadz (ustadznya udah
punya dua istri, wkkwkwkwkwkwk).
Keberangkatan awal sih
tidak hanya bertiga, kami beriringan dengan pasangan muda yang juga merupakan
rekan sejawat, namun kami nanti berpisah di tengah jalan karena tujuan akhir
kami adalah ke Karo, sementara mereka berdua ingin berdua-duaan di kawasan
wisata (rumah pohon). Tujuan pertama kami adalah menemui para muallaf di Desa
Namu Ukur Utara, Binjai. Sesampainya disana, acarapun dimulai, ceramah
disampaikan dan bantuanpun disalurkan kepada para muallaf yang hadir, mulaid
dari Alquran dan paket santunan yang mudah-mudahan dapat bermanfaat bagi
mereka. Setelah istirahat sejenak, kami mulai beranjak menuju tempat kedua,
yaitu ke kawasan Kabupaten Karo. Jalan yang kami lalui berbeda dengan
jalan-jalan sebelumnya. Jalan kali ini dilewati langsung dari Namu Ukur ke
Kecamatan Simpang Empat Karo, bukan via sibolangit. Nah, dengan alasan ustadz
bahwa saya kurang tidur (padahal saya memang sering kelupaan soal dimana saya
menyimpan kunci kendaraaan). Akhirnya, yang bawa mobil ambulance/kendraan kami adalah
Al ustadz. 😅
****************************
Setelah sholat zuhur
sekalian jamak ashar, kami melanjutkan perjalanan. Diiringi oleh pasangan muda
yang hendak berwisata ke rumah pohon.
Tidak perlu saya
ceritakan tentang mereka yang tersesat ya, dikejar anjing dan sebagainya. Wkwkwkwk
Intinya kami sudah
sampai di Kabupaten Karo sekitar pukul 17.00 WIB. Karena sudah merasa lelah,
kamipun ngopi dulu (eh iya, KOPI KARO
itu mantap juga LO), dan menginap di daerah Berastagi. Menyewa satu kamar
untuk kami bertiga, harapannya bisa istirahat agar perjalanan esok dapat
dinikmati dengan sebaik-baiknya. Walaupun tidurnya juga tetap kemalaman, karena
kedatangan tamu yang membawa beberapa buah durian, siap santap.
Karena durian sudah
sangat lama tidak disantap, maka malam itu kita puaskan dengan semampunya.
****************************
Oke, hari sudah
berganti
Sudah 25 Desember
2018, untuk menghindari kemacetan karena kegiatan pawai natalan, maka kami
berangkat sekitar jam 08.30 pagi (selesai sarapan di daerah penceran). Kali ini
yang bawa mobilnya dikembalikan ke saya, karena ustadznya harus ready dan
menyiapkan ceramahnya agar berjalan lancara.
Kami pun memulai
perjalan kembali menuju desa Rih Tengah, Kuta Buluh, Karo. Khabar pertama yang
saya dengar adalah bahwa perjalanan akan ditempuh selama 3 jam. Dalam hati
saya, berarti dekat dong. 😆
Mobilpun saya bawa,
sekitar 45 menit perjalanan, kami bertemu dengan seorang pendamping muallaf di
daerah Tigan Derket dan langsung menyerahkan sekitar 10 paket apresiasi. Tanpa memperpanjang
dialog, kami segera menuju ke Rih Tengah.
Awalnya saya sangat
semangat dengan jalannya yang begitu bagus dan lebar, namun sesampainya di
kawasan Limang, jalannya sudah mulai kayak peyek, suara isi ambulance yang kami
bawa pun sudah mulai bising, reng reng reng.
****************************
Oke, paling sejam dua
jam saja.
Saya pun mencoba
menikmati perjalanan,
Dua jam sudah berlalu,
kami sampai pada pertigaan. Mencoba bertanya arah Rih Tengah kepada masyarakat
yang sedang nongkrong di Lepau persimpangan tersebut. mudah-mudahan sudah
dekat.
“Pak, Rih Tengah ke mana ya arahnya?”
“ Ooo, kesana bang,
lurus aja trus ke kanan, trus udah sepi ke kiri dan LOL”
“Kira-kira masih jauh nggak pak?”
“ Paling ujung bang,
sejam atau dua jam lagi lah”
Masyaa Allah, terkesan
sekali saya mendengarnya
Alamak jang.......
Masih jauh ternyata
Mendaki gunung lewati lembah
9 gunung 7 lembah
****************************
Yah, karena sudah
berjalan
Mau tidak mau harus
dilanjutkan, paket harus disalurkan, ceramah harus disampaikan dan tugas harus
diselesaikan.
Kami pun berjalan
kembali, melewati hutan dan perbukitan, dengan jalan yang waw.
Merasa sudah lama
melewati jalan, kami pun mulai berfikir. Mana ni desa Rih Tengah.
Sinyal sudah tidak
ada, perumahan juga tidak ada.
****************************
Akhirnya kami
menemukan perkampungan,
Namanya Ujung Deleng.
Bahagia sekali
Kirain itu daerah Rih
Tengah, eh ternyata setelah ditanya.
Lurus dek, gak usah
belok-belok
Kampungnya paling
Ujung.
****************************
What the??? Masih jauh ternyata.
Kami pun mencoba menelpon karena
sudah menemukan sinyal.
Katanya, nanti perkampungan setelah
sungai bang, sudah dekat dengan Rih Tengah.
Wah, mendengar sudah dekat itu, rasa
lelah dan pening kami sudah mulai berkurang.
Mobil kembali digas,
Hampir disetiap turunan, kami
menemukan sungai-sungai keci.
Karena sudah bosan, aku seringkali
menanyakan kepada pengurus yang ikut disampingku.
“Bang ini udah sungai bang,
kampungnya mana?”
Wkwkwkwkwkwk
Diapun hanya tertawa.
****************************
Karena merasa agar lelah, kami
berhenti sejenak pada sungai yang entah sungai keberapa.
Cuci muka, ganti oli, main air dan
sebagainya.
Kemudian kami melanjutkan perjalanan
****************************
Singkat cerita, suda sekitar 2 jam
dari desa limang, kami melihat Tower dari kejauhan.
Wah, bang ada tower, kayaknya itu
daerahnya, kan disana ada sinyal.
Merasa sudah dekat, kamipun kembali
bersemangat. Meskipun sudah ada anggota yang pusing gara-gara kondisi jalan
yang tidak bersahabat.
****************************
Tapi ternyata oh ternyata, yang dekat
hanyalah yang terlihat. Jalannya masih jauh, naik turun, melewati sungai. Entah
sudah berapa sungai. Tower itupun hilang timbul tak sampai-sampai. Aku teringat
saat aku mendaki ke puncak bogor membawa sepeda. Melihat mesjid At-ta’awun itu
aku sudah sangat gembira. Karena sudah terlihat dekat
Tapi ya Allah, ternyata mesti harus
mutar-mutar dulu....
****************************
Oke, alhamdulillah, sekitar jam
13.30, kami sudah sampai dilokasi.
Istirahat, sholat zuhur, makan
sejenak dan acara pun dimulai.
Nah, sebelum pulang, tidak lupa
Kita makan durian duluuuuu
Supaya stresnya hilang, wkwkwkwk
****************************
Sekitar jam 16.00, kami sudah
berjalan pulang ke Medan.
Yang bawa tetap saya.
Al Ustadz dipersilahkan untuk
istirahat.
Perjalanan pun sangat aku nikmati,
Sangat bahagia bertemu dengan mereka
para muallaf yang tinggal di ujung daerah, jauh dari kota, sulit akses, namun
menyuguhi durian yang alamak sodapnya.
Tak lupa juga berfoto, sebagai
kenang-kenangan kalau saya udah pernah kesana.
****************************
Oke, kemudian perjalanan kami
terhalang sekitar 30 menit.
Pasalnya, didepan kami berjejer truk
yang tidak bisa mendaki pada tikungan yang disertai tanjakan licin, karena baru
turun hujan.
30 menit kemudian, setelah
berkali-kali mencoba dan masih gagal.
Akhirnya giliran kami untuk naik,
Wah ternyata oh ternyata
Botul juga kata wak supir tu.
LICIN DEK
****************************
Walaupun begitu, aku hajar saja.
Meskipun berkali-kali meleset, namun
digaskan saja sampai atas.
Toh yang dibawakan mobil ambulance
dan ukurannya kecil.
****************************
Alhamdulillah, kami bisa melewati
tanjakan licin tersebut, meskipun ada cedera sedikit pada badan mobil (sekiat 5
cm akibat gesekan dengan truk, jalannya sempit dan berjurang). Ditambah lagi
bau ban akibat gesekannya dengan tanah.
****************************
Perjalananpun dilanjutkan, dan kami
sampai di daerah Berastagi selepas isya. Istirahat sejenak dan makan malam,
minum bandrek dan caw kembali.
Makananya enak, ya namanya udah lapar
dan dingin ye kan?
Setelah sholat di musholla yang tidak
jauh dari tempat makan tadi, kamipun pulang ke medan melewati jalan sibolangit.
****************************
Jam 10.10, kami sudah sampai di
pancur batu.
Sekitar 45 menit lagi sudah sampai di
Medan.
Namun karena udah ngantuk sekalee.
Saya meminta agar yang bawa mobil
gantian.
Akhirnya, sayapun istirahat dan tidur
sampai di Medan
Sekian, perjalanan
liburan yang mengesankan.
Intinya, ingat!
Sekalipun sudah mengeluh terus, kalau untuk masyarakat
dan berbagi kebaikan. HAJAR TERUSS
Thanks to My Lord, Allah
and good job for YBM BRI
Semarak Berbagi
Semangat BerIndonesia