Senin, 14 Oktober 2019

Profil Murabbi Ideal


Berikut adalah catatan yang kubuat setelah membaca:
*******************************************
Judul Buku: Profil Murabbi Ideal
Penulis: Abdul Hamid Al-Bilali
Penerjemah: Fadhli Bahri, Lc
Tahun: 1432 H / 2011 M
Penerbit; An-Nadwah
Cetakan: III
Jumlah halaman: 178 hal.
******************************************* 
Cover Depan



Buku ini mungkin terlihat kecil, namun sarat dengan pelajaran-pelajaran yang sangat luar biasa. Bagus dibaca untuk para da’i, muda ataupun tua. Ringkasnya, buku ini menyampaikan bahwa secara general, seorang da’i hendaklah: 1. Memiliki keteladanan yang baik, 2. Lembut, 3. Hobi mengokohkan hati dan 4. Merasakan kesertaan Allah selalu.

___________________________________________________________________________

*******************************************
Hendaklah kita yang menjadi murabbi selalu ingat dengan hal-hal dibawah ini, bahwa murabbi itu hendaklah:

1. Memiliki keteladanan yang baik
Bahwa rasulullah adalah teladan yang baik sebagaimana disebutkan dalam (Al-ahzab 21). Sementara mereka yang disebutkan dalam surat (As-Shaff: 2) juga pernah digambarkan oleh rasulullah dalam hadistnya bahwa kelak mereka yang mengajak berbuat baik namun tidak melakukannya akan dilemparkan ke neraka dan terburailah isi perutnya (Hadits No. 76, Bab Maa Ja’a fi Shifati Annar jilid IV, Shahih Bukhari, hal. 246 terbitan Alamu Al-Kutub).
*******************************************

     Ketika kita menjadi dai, maka seluruh pandangan yang belum pernah ditujukan pada kita akan seketika tertuju seluruhnya, seluruh profil, ucapan perbuatan kita menjadi sorotan, kesalahan akan menjadi kritikan sekecil apapun, karena ilmu khaldun pernah menyampaikan bahwa selamanya pecundang selalu mengikuti pemenang dalam symbol, mode, perilaku, kondisi dan  seluruh kebiasaan, karena jiwa yang kalah akan menganggap yang mengalahkannya adalah figure sempurna. Baik sempurna dari segi nilai maupun dari segi senjata.
     *******************************************

Syaikh Abdurrahman As-Sa’di berkata bahwa keteladanan itu ada dua, yaitu keteladanan yang baik yaitu pada diri rasulullah dan keteladanan yang buruk yaitu keteladanan pada selain rasulullah dan bertentangan dengannya. Pentingnya keteladanan pernah juga diungkapkan oleh Ibnu Alqayyim bahwa Ulama jahat berdiri dipintu surga, mereka mengajak ke surga dengan ucapannya, dan mengajak ke neraka dengan perbuatannya. Sekilas mereka adalah juru petunjuk, padahal sejatinya mereka adalah perampok jalanan. Kita mungkin tidak faham, bahkan saya sendiri bahwa kita selalu menjadi objek pengawasan mutarabbi kita sendiri. Boleh jadi ketidaksengajaan kita yang kecil justru dianggap besar oleh mutarabbi dan sebaliknya.
*******************************************

Hal Mubah ternyata sangat tidak etis dilakukan oleh orang berkedudukan tinggi termasuk para murabbi, kendati itu bukan syarat untuk selamat. Orang bijak  tidak mengerjakan banyak hal mubah, untuk melindungi diri terutama jika hal tersebut berada diperbatasan halal dan haram.

*******************************************

Ada sebuah kisah menariknya tentang Yahya bin Yahya (Muridnya Imam Malik). Yahya bin Yahya disebut sebagai orang cerdas dari Analusia. Dikisahkan bahwa pada suatu saat ketika Imam Malik sedang bersama murid-muridnya, lalu ada seorang yang berkata “ada gajah diluar”. Sontak murid-murid itupun berhamburan melihat gajah yang dimaksud, sementara Yahya bin Yahya tidak beranjak dari tempatnya. Imam Malik bertanya” Kenapa engkau tidak ikut keluar untuk melihat gajah, sebab gajah tidak ada di Andalusia? Namun Yahya bin Yahya menjawab “ Aku datang jauh-jauh dari Negeriku untuk melihatmu, mempelajari petunjuk dan ilmumu, bukannya untuk melihat gajah”. Melihat hewan langka itu mubah-mubah saja, tapi waktu itu terlalu mahal bagi kita jika hanya digunakan untuk melakukan hal yang mubah. Gimana? Hal mubah saja ditinggalin, gimana hal yang sia-sia? Hati-hati, boleh jadi ketidaksadaran kita melakukan hal mubah menjadi pemicu timbulnya sisi negativ pada diri mutarabbi.
*******************************************

Teruntuk kita, jangan mau ditakut-takuti, mari kita ingat-ingat dan pelajari kisah Ibnu Ummi Maktum misalnya, ia ngotot ikut jihad sekalipun ia adalah seorang yang buta, ia berjihad dengan membawa panji. Begitu pula dengan Amr bin Al-Jamuh yang pincang kakinya, ia begitu menangis saat ia diberi toleransi untuk tidak ikut berjihad bersama para mujahidin. Bahkan ia berkata “Sungguh aku berharap aku bisa menginjak surga dengan kakiku yang pincang ini”. Akhirnya ia ikut berjihad hingga terbunuh.
*******************************************

Salah satu aksi keteladanan adalah tentang berinfak. Nah ini point tentang isu berinfak dihadapan para adik-adik.

Dalam Shahih Bukhari Kitab Fath Bari hadits ke 851. Imam Bukhari meriwayatkan bahwa ada hadits dari Uqbah yang berkata “Aku mengerjakan sholat ashar dibelakang nabi, setelah mengucapkan salam, beliau terburu-buru berdiri dan berjalan melewati pundak kamu muslimin untuk pergi ke salah satu bilik istri beliau. Lalu beliau keluar menemui mereka dan melihat mereka kaget dengan sikap beliau. Rasul bersabda “Aku ingat ada sedikit emas ada dirumahku dan aku khawatir ia menahanku. Karena itu aku suruh agar emas itu dibagikan”.

*******************************************
2. Lembut

Pesan Ibu Taimiyah dalam buku profil murabbi ideal karangan Abdul Hamid Al-Bilali ini bahwa kepada para calon dai, hendaklah kalian harus:

1.      Tahu/faham (berilmu)
2.       Lembut:
a.       Ketika berdakwah
b.      Kepada ahli kitab
c.        Kepada orang bodoh
d.      Lembut memberikan tugas
3.      Sabar
*******************************************

Dalam point lembut dalam berdakwah ini ada sebuah ungkapan yang diucapkan oleh Ibnu Alqayyim r.a: “Yang paling ajaib adalah anda mengenal Allah tapi anda tidak mencintainya, anda mendengar penyeru kepada kebaikan lalu anda terlambat meresponnya. Anda tahu besarnya keuntungan berinteraksi denganNya tapi anda berinteraksi dengan selain Dia. Anda tahu besarnya kemurkaanNya tapi anda justru mempersiapkan diri untuk dimurkaiNya, anda merasakan sakitnya terisolir karena bermaksiat kepadaNya kemudian anda tidak berusaha mendekat kepadaNya dengan jalan taat. Anda merasakan getahnya hati ketika membicarakan selain Dia lalu anda tidak tertarik untuk lapang dada dengan dzikir dan bermunajat kepadaNya, anda merasakan siksa ketika hati lengket dengan selain Dia tapi anda tidak lari sedikitpun menuju kenikmatan menghadap dan kembali kepadaNya. Lebih aneh lagi, anda tahu bahwa anda harus mendapatkan apa saja dariNya dan sangat membutuhkanNya, tapi anda berpaling dariNya dan senang dengan apa saja yang menjauhkan anda dari-Nya” itu sangat aneh.
*******************************************

Masalah kejenuhan dalam menjalani dakwah itu juga pernah terjadi pada masa lalu. Murid-murid Ibnu Mas’ud pernah memberikan ucapan bahwa mereka ingin diajari oleh gurunya (Ibnu Mas’ud) setiap hari. Akan tetapi dengan sarat sang guru menjawab “Aku tidak bisa memenuhi kalian, sebab aku tidak ingin membuat kalian jenuh. Aku mencari waktu yang tepat untuk memberi nasihat kepada kalian, sebagaimana rasulullah memilih waktu yang pas untuk memberi nasihat kepada kami karena khawatir kami mengalami kejenuhan.
*******************************************

Cobaan terjadi agar pelaku jalan dakwah tegar berada di jalan dakwah, setelah itu mereka tidak boleh berleha-leha, apapun kondisinya “Sayyid Quthb

Contoh lembut terhadap orang bodoh adalah ketika ada seorang arab dusun kencing di sudut masjid, lalu para sahabat membentaknya, namun rasulullah dengan kelembutannya melarang sahabat membentaknya, selesai kencing, para sahabat diminta untuk menyiramkan air ke tempat kecing tadi. Sementara orang arab dusun tadi melakukan perilakunya karena kebodohannya.

*******************************************
3. Hobi Mengokohkan Hati

 Hati menjadi keras karena porsi berikut ini berlebihan: makan, tidur, bicara dan bergaul. Perumpamaan hati yang keras itu menurut Ibnu Alqayyim adalah lebih keras dari tambang bumi, tidak bisa dilelehkan oleh panas bumi selain panas neraka.
*******************************************

Seorang tabi’in mulia, Al-Hasan Al-Bashri pernah mengatakan” Hai manusia, aku menasehati kalian kendati aku bukan orang paling baik dan shalih di antara kalian. Buktinya, aku seringkali mendzholimi diriku sendiri, tidak bisa mengendalikannya, dan tidak membawanya untuk taat kepada Tuhannya. Namun jika seseorang mukmin tidak menasehati saudaranya, kecuali setelah mampu mengendalikan diri, tentu tidak ada orang yang memberi nasehat kepada orang lain, dai langka, tidak ada orang yang mengajak orang lain kepada Allah, menganjurkan mereka tata kepadaNya dan melarang mereka melakukan kemaksiatan. Pertemuan sesame orang yang punya hati nurani, dan nasihat sebagai orang mukmin kepada sebagian yang lain, itu menghidupkan hati orang-orang yang bertaqwa, mengingatkan mereka dari lalai dan melindungi dari lupa. Hendaklah kalian selalu berada di majlis-majlis dzikir, barangkali ada satu kata yang bisa didengar dan hal sepele yang bermanfaat” (Al-Hasan Al-Bashri Hal. 90).
*******************************************

Dikisahkan bahwa Al-Mahdi melaksanakan ibadah haji, iapun memasuki Mesjid Nabawi dan orang melihatnya berdiri, kecuali seorang saja yaitu Ibnu Abu Dzi’b. Orang-orang menyerunya “Berdirilah, ada amirul mukminin”. Maka dengan tegar dan percaya diri ia berkata “Manusia hanya boleh berdiri kepada Tuhan seluruh Makhluk”. Al-Mahdi pun meminta agar ia dibiarkan duduk dan mengatakan “ Aku merasakan semua rambut kepalaku berdiri merinding” (Diambil dari buku Tadzkiratu Al-Huffaz).
*******************************************

Kebersihan hati menandakan kebersihan misi. Coba simak kutipan kisah berikut ini.
Umar bin Abdul Aziz berkata kepada Sulaiman bin Abdul Malik “Wahai amirul mukminin, dipintu itu ada orang yang punya kearifan dan perkataan berbobot”. Suruh dia masuk.
Lantas orang arab dusun itu diminta masuk dan diminta menyampaikan hajatnya. “Aku berasal dari kabilah Abdul Qais bin Afsha. Wahai amirul mukminin aku ingin bicara kepadamu dan terimalah perkataanku kendati tidak engkau sukai, karena ada manfaat yang engkau minati jika engkau menerimanya. Wahai amirul mukminin, engkau dikelilingi orang-orang yang membeli duniamu dengan agaman mereka dan keridhaanmu dengan kemurkaan tuhan mereka. Mereka takut kepadamu di jalan Allah dan tidak takut kepada Allah di jalanmu. Mereka meruntuhkan akhirat mereka dan membangun dunianya, mereka perangi akhirat dan mencari tangga dunia. Karena itu jangan engkau berikan kepercayaan kepada mereka di kepercayaan yang diberikan Allah kepadamu. Engkau dimintai pertanggungan jawab atas mereka, namun mereka tidak dimintai pertanggungjawaban atas tindakanmu. Dunia mereka tidak membaik dan kerusakan akhiratmu. Orang paling rugi adalah orang yang menjuali akhiratnya untuk dunia orang lain”. Lalu setelah penyampaian ini, Sulaiman bin Abdul Malik bertanya “Apakah engkau memiliki keperluan untuk dirimu sendiri?” dengan tugas arab dusun itu menjawab “Tidak ada”.
*******************************************

Burung yang sayapnya patah
Ibrahim ibn Adham, seorang zuhud pernah memberikan penguatan hati kepada saudaranya Syaqiq bin Ibrahim Al-Balkhi. Ia menanyakan kenapa syaqia berubah terisolir dari dunia, focus ibadah dan berhenti bekerja. Syaqiq menjelaskan bahwa ia melihat burung yang sayapnya patah, da nada burung yang satu lagi datang dengan membawa belalang di paruhnya. Akupun memutuskan untuk seperti ini. Ibrahim ibn Adham menyampaikan “Kenapa engkau tidak menjadi burung yang sayapnya utuh dan memberi makan kepada burung yang sayapnya patah, agar posisimu lebih baik dari burung yang sayapnya patah. Apakah engkau tidak pernah mendengar sabda rasulullah saw bahwa tangaan di atas lebih baik baik daripada tangan dibawah?”. Maka diantara ciri orang beriman ialah ia mencari derajat paling tinggi di semua urusannya, agar ia mencapai peringkat orang baik-baik. Ini dibuktikan oleh syaqiq, mendengar perkataan itu, syaqiq memegang tangan Ibrahim ibn adham dan mencium sembari berkata “Engkau sekarang menjadi guruku”.
Khaulah binti Hakim (pernah menyampaikan sesuatu kepada umar) Khaulah adalah wanita yang ucapannya didengar Allah dari atas langitNya.

*******************************************
4. Merasakan Kesertaan Allah.
Point ini adalah ketika kita selalu merasa bahwa Allah selalu bersama kita. Kita akan kuat saat kita yakin Allah bersama kita. Imam Ahmad tegar ketika fitnah Alquran itu makhluk sedang bergejolak. Ia dikuatkan oleh seorang arab dusun yang menyampaikan bahwa tetaplah dengan ketaatan kepada Allah. Bila engkau (Imam Ahmad) mati maka engkau syahid, namun  bila masih hidup maka hidupmu mulia Imam Ahmadpun merasa tegar ketika ia menerima cambukan/hukuman dari penguasa saat itu.
*******************************************
Begitu juga dengan kisah Musa as dan kaumnya, ketika sudah terkepung dari kejaran pasukan firaun yang beringas dan tanpa belas kasihan, Musa as tetap tegar dengan meyakini bahwa Allah bersamanya, sementara kaumnya sudah panik jikalau mereka akan segera tersusul oleh firaun. Namun dengan bertahannya keyakinan akan pertolongan Allah, maka muncul mukjizat yang akhirnya menjadi jalan selamatnya Musa as dan kaumnya.
*******************************************
Medan, 14 Oktober 2019
Sekian catatan dari saya, semoga bisa bermanfaat. Lebih dan kurang/khilaf saya mohon maaf dan mohon ampun kepada Allah.

0 komentar:

Posting Komentar

Terima kasih.