Selasa, 02 Februari 2016

ISTIQOMAH ITU SULIT, TAPI INDAH



Disinilah aku dengar, kalau awalnya emang susah, tapi lama-lama bakalan menjadi lebih mudah dan kalau ayatnya mudah lupa alias susah dihafal, berarti tu ayat lagi rindu gitu, ya walaupun sebenarnya aku gak ngerti gimana maksudnya ayat yang rindu ama kita, aku coba aja buat nyaman dan lama-lama ama ayat itu sampai akhirnya hafal
---

Sangat sulit sebenarnya bagiku kalau diminta menceritakan pengalaman apalagi tentang apa yang dirasakan dalam bentuk tulisan. Tapi yah, gak papalah dicoba dengan Bismillah.
Assalaamu’alaykum warohmatullah
Pertama sekali, Alhamdulillah, segala puji bagi Allah yang telah menuntunku untuk sampai ke wadah ini (Be A Huffaz Sahabat Pendidikan Ulil Albab). Wadah dimana semangat kami sebagai peserta Be A Huffaz selalu dijaga dengan tantangan setiap bulannya. Niat menghafalku memang sudah muncul semenjak sekolah menengah, tapi apa daya niat masih sebatas niat sampai di bangku perkuliahan. Hingga akhirnya sekitar satu tahun yang lalu aku bergabung dengan program Be A Huffaz ini dan nggak terasa, eh udah setahun lebih. Mungkin bagi mereka yang menghabiskan waktunya untuk fokus dalam menghafal Quran, satu tahun bisa jadi sudah mencapai 10 juz, berbeda denganku yang harus membagi waktu untuk kuliah, tugas dan organisasi yang terkadang harus mengorbankan waktu malamku demi menjadikan amanah yang diberikan. Sampe-sampe ya alhamdulillah dalam setahun ini aku sudah bisa menghafal lebih dari 2 juz dengan segala tantangan.
Aku pernah denger kalau menambah hafalan itu lebih mudah dari pada menjaganya. Namun bagiku dua-duanya sama sulitnya diawal aku memulai untuk menghafal. Waduh, tapi gak papalah yang penting istiqomah atau tetap bertahan. Saat memasuki hafalan juz 1 sebenarnya masih belum terasa begitu sulit, karena mungkin sudah sering didengar. Namun ketika udah masuk ke 12 halaman, bah! sampe lidahku pun sudah kayak keseleo, ada yang bunyi suratnya mirip, akhirannya yang sama dan ayat-ayatnya yang panjang. Disinilah aku dengar, kalau awalnya emang susah, tapi lama-lama bakalan menjadi lebih mudah dan kalau ayatnya mudah lupa alias susah dihafal, berarti tu ayat lagi rindu gitu, ya walaupun sebenarnya aku gak ngerti gimana maksudnya ayat yang rindu ama kita, aku coba aja buat nyaman dan lama-lama ama ayat itu sampai akhirnya hafal. Haha, emang sih ngafalnya gak rutin tiap hari, hanya pas lagi kosong dan ingat aja. Mungkin karena masih di awal-awal kali ya.
Akhirnya beberapa bulan lalu, juz 1 pun berhasil kuhafal, Alhamdulillah ya. Nah sekarang beranjak untuk juz 29. Wah! Godaannya makin keren bro, biasanya aku semangat untuk nambah hafalan walaupun sesekali, namun ketika beranjak ke juz 29 ini, entah kenapa rasa malasku kian memuncak, kalau kata teman-teman dan seniorku sih wajar karena udah semester-semester akhir. Jadi bawaannya malas dalam segala hal. Namun aku berfikir pasti ada caranya hingga aku pernah dapat nasehat bahwa kalau kita jauh dari Alquran alias tilawah, maka bisa-bisa waktu kita menjadi sia-sia, sementara kalau sering tilawah maka waktu kita jadi lebih produktif. Katanya juga kalau kita sering bingung mau ngapai artinya kita kurang dekat ama Allah.
Akunya ya terkejutlah dengar kayak gitu, kitakan takut kalau jauh-jauh dari Allah. Maka sejak saat itu aku coba buat ikut kayak program ODOJ walaupun gak masuk grupnya. Ala mak, awalnya aku ragu juga, kalau mau tilawah 1 juz sehari kapan ngafalnya? Kemudian aku putuskan untuk fokus tilawah yang rutin terlebih dahulu supaya terbiasa. Mmm, betul emang, untuk selesai tilawah aja susahnya minta ampun. Tapi ya sama, Alhamdulillah Allah memberikanku pemikiran seperti ini “Yah, kalau udah biasa pasti bisa”. Oke latihan kulanjutkan dan waw, belum rutin tilawahku setiap harinya namun benar, waktuku semakin lebih bermanfaat dengan hal-hal yang lebih positif seperti membaca, hadir kajian, dan kegiatan lain. Pada akhirnya aku menemukan formula luar biasa, yaitu menjadikan deadline sebelum deadline. Ya, aku menulis apa-apa saja yang harus aku tuntaskan esok hari di atas kertas bekas dan itu dibuat sebelum tidur malam hari. Mulai dari kuliah jam sekian, rapat jam sekian, jumpa si A, Si B, jemput ini dan itu, buat ini dan itu dan gak lupa “hafal surat ini ayat segini”.
Namun balek lagi, karena belum biasa maka waktunya masih belum begitu ter-plot dengan baik, maka hal-hal yang kutulis banya tidak terlaksana terutama menghafal. Nah, disinilah aku berfikir untuk menjadikan waktu maghrib sampai isya untuk berdiam diri di mesjid dan menghafal. Waduh ceritanya susah susah terus ya. Gimana gak apa coba, biasa awak makan dan bekawan-kawan di waktu maghrib sampe isya, sekarang jadinya harus diam di mesjid dan menghafal. Hehe, gak sampe situ aja, Aku sering bolak-balik mengendarai sepeda motor pas waktu menjelang maghrib, entah itu pulang jemput tugas, jalan-jalan, ke rumah adik dan sanak famili dan kita semua tahu bahwa jalan di Medan sangat macet pada jam-jam genting itu. Nah, biasanya Aku akan meneruskan perjalanan sampai ke rumah baru melaksanakan sholat dan makan. Namun, saat ini udah beda, kalau azan maghrib udah terdengar, maka Aku cari mesjid yang bisa parkir sepeda motor (karena ternyata gak semua mesjid bisa parkir kenderaan) dan diam disana untuk menghafal sampai isya kemudian berangkat kembali untuk pulang. Emang sih, ini gak selalu Aku lakukan, sering juga Aku cuma sholat maghrib dan eh langsung aja pulang ke rumah.
Sejak memplotkan waktu itulah aku menjadi lebih mudah untuk menambah hafalan walaupun sehari hanya satu sampai dua ayat karena mengulang-ulang yang sudah lalu juga. Nah, selanjutnya Aku coba ceritain tentang ketakutanku akan kehilangan hafalan.
Aku kuliah di kampus umum, dengan berbagai agama, suku dan karakter yang beragam. Bukannya negatif sih, tapi beginilah yang aku alami. Seringkali aku murojaah ketika sedang dalam perjalanan, nah orang-orang di Medan ini gak tau ya entah memang gak punya uang buat beli pakaian yang bisa nutupi seluruh tubuhnya, atau bahannya abis, atau apa, Aku gak tau. Namun seringkali itu mengganggu memurojaahku, dasar! Gak cuma itu, Aku memang tidak begitu membatasi pergaulanku di perkuliahan hingga Aku juga sering mendengar kata-kata kotor yang keluar dengan lancar dari mulut rekan-rekanku. Akunya emang udah sering menghindar sih semenjak mulai menghafal, karena takut hafalannya hilang akibat pengaruh kotor ucapan-ucapan kotor itu. Untuk itu aku akan mencoba pergi menjauh dan mengecek apakah ada ayat yang dihafal itu hilang sambil beristighfar. Ya Allah, Aku hanya berharap agar tidak satupun yang hilang.
Iya emang sih Aku gak sempat juga ngecek semuanya saat itu juga, karena semenjak memasuki juz 1 dan 29 ini kan hafalannya udah gak kayak dulu, udah lebih banyak dan butuh waktu lebih untuk memurojaahnya. Jadi ya Aku gak bisa pastikan apakah ada yang hilang atau tidak sampai Aku memang mengkhususkan waktu sekian banyak untuk memurojaah perlembarnya. Insyaa Allah, semoga hafalan ini tidak Allah cabut sebelum nyawa dicabut. Mungkin ini dulu ya ceritanya. Masih banyak sih sebenarnya, terutama tentang rasa manisnya. Wah, payah bilanglah pokoknya.
Yang jelas, dengan dekat dengan Alquran, maka Aku dan Kamu akan jadi makin enak, enjoy, gimana ya ngejelasin enaknya? Susah bro, karena ini bahasa hati, hubungannya ama noh yang di atas, ALLAH. Jadi yang tahu gimana enak dan manisnya cuma Aku atau Kamu sendiri dan Allah yang menguasai hatimu. Payah bilanglah pokoknya. Pokoknya menghafal itu enak kali berkali-kali. Pahit memang kalau belum istiqomah, tapi manisnya di yang pahit itu. Hehe.
Tu kan “Payah Bilanglah Pokoknya”

“Semangat Menghafal Quran, Semangat Menggapai Ridho Ilahi”