Minggu, 18 Februari 2018

Kasih Sayang Ayah: Sepenggal Inspirasi dari Noah, Penggagas Bahtera Raksasa

Siapa yang tidak kenal dengan pembuat bahtera raksasa? Tentu orang yang waras dan pernah belajar akan mengetahui namanya,
Dialah Nuh, atau dalam sebutan lain dituliskan Noah....

****************************

Dalam Q.S Hud ayat 25-49
Terdapat kisah yang sangat menarik, tak bisa kuungkapkan seberapa mengagumkan ayat itu
Maka, setelah membaca ini, silahkan dengarkan dan resapi lantunannya. DISINI


“Tentang Nuh dan Anaknya, Bahtera dan Keselamatan ”

****************************
Bismillah, semoga bisa memberi inspirasi
Tulisan ini tidak berfokus pada seluruh ayatnya, hanya menceritakan sedikit inspirasi dari ayat 40-49.
Pendeknya, 10 ayat ini memberiku pelajaran tentang:
1. Cinta kepada anak
2. Cinta kepada Allah (Tuhan yang disembah)

1. Cinta kepada anak
Nuh atau Noah ‘alaihissalam (a.s) adalah salah satu utusan Allah yang masuk dalam golongan nabi ulul azmi. Tugasnya juga mengajak kaumnya untuk menyembah Allah semata. Namun, tentu akan tetap ada yang membantah, beriman dan juga tetap kufur bahkan bertambah kufur.
Nuh a.s memiliki istri dan anak. Salah satu anaknya tidak mau beriman sampai akhir hayat.
Kendatipun seperti itu, Nuh tetap mencintai anaknya layaknya buah hati yang tidak dapat digantikan oleh manusia manapun.
Seiring berjalannya waktu, maka proses dakwah Nuh a.s hampir mencapai masanya. Wahyu Allah pun telah diturunkan kepada Nuh a.s untuk membuat Bahtera Raksasa yang nantinya menjadi sarana mereka untuk menyelamatkan diri dari ancaman yang akan Allah timpakan kepada kaum/masyarakat yang telah mengejek nabi Nuh a.s, mencacinya, dan berbantah-bantahan begitu lama, namun tidak jua beriman kepada Allah.
Ya, kendatipun ancaman ini bukanlah semata sudah dituliskan menurutku (orang-orang yang aneh selalu menyebutnya, semuanya sudah ditakdirkan J J). Padahal itu muncul dari permintaan mereka sendiri, sebagaimana dalam surat Hud ayat 32.
Baiklah, back to the topik,
****************************
Cinta kepada Anak
****************************
Waktunya telah tiba.
Allah yang Maha Kuasa telah memerintahkan air untuk memancar, menenggelamkan dan menghantam segala yang ia lewati.
Mereka yang telah Allah perintahkan untuk diselamatkan pun masuk kedalam Kapal, termasuk beberapa pasang hewan.
Air pun semakin besar dan berombak, saya tak tau gambaran dahsyatnya.
Dalam kisahnya, gelombang itu bagaikan gunung-gunung, bayangkan!
Tsunami aceh saja sudah membuat kita ketakutan tak karuan, meski melihatnya hanya melalui televisi.
Bagaimana halnya jika kita berada pada zaman Nuh a.s.

****************************

Dari kejauhan, Nuh melihat anaknya yang berlari menyelamatkan diri dari air bah.
Naluri keayahannya muncul, (silahkan baca kisah dan indahnya panggilan Nuh terhadap anak yang ia cintai meski mereka tak seiman).
“Ya...anakku....marilah bersama kami....”
(Aku tak tahu bagaimana teriakan suaranya, hanya bisa membayangkan kalau nabi Nuh a.s memanggil anaknya diantara gelombang-gelombang besar itu. Dan panggilan itu bisa didengar oleh anaknya. Padahal anaknya ditempat yang JAUH dan TERPENCIL).
Tapi apa yang harus diperbuat, Bahtera itu memang hanya untuk orang-orang yang telah beriman kepada Allah .
Anaknya tetap tidak mau meski sudah diingatkan, bahwa tiada penyelamat lagi selain berserah kepada Allah.
Ia tetap bersikeras ingin  mencari perlindungan kepada yang lain.
Gelombang itupun memisahkan keduanya.
Setelah terpisah karena keimanan, kini ayah dan anak terpisah oleh gelombang.
Sang Ayah, Nabi Nuh a.s segera merayu dan mengharap kepada Allah tentang buah hati yang ia cintai.
Nuh a.s memohon sesuatu tentang anaknya.
Lihatlah betapa rayuan itu sangat bermakna ( Q.S Hud ayat 45)
Rayuan dikala cinta ayah kepada anaknya sedang diuji

****************************

2. Cinta kepada Allah
Jawaban permohonan pun muncul
Allah menerangkan dengan jelas dan tegas dalam Q.S Hud ayat 46.
Kecintaan pada hal  yang tidak Allah inginkan, kini mendapat teguran.
Teguran yang berasal dari Yang Maha Tinggi.
Besarnya cinta Nuh a.s kepada rabbnya mengalahkan yang lain
Ia harus rela dengan anaknya, karena cintanya kepada rabbnya

****************************

Sedikit simpulan:
1. Begitulah sebagian gambaran perjalan dakwah.
2. Cinta ayah selalu mengalir, meski hanya meluap pada saat saat tertentu.
3. Pengabdian kepada Allah jauh lebih penting dari segalanya.
4. Jangan egois, mencari selain yang Allah izinkan akan menghancurkanmu. Ridhanya akan menyelamatkanmu
5. Jalankan saja perintah Allah dengan baik. Soal makna dan balasan, Allah lebih tahu.
6. Saat engkau tidak beriman, maka engkau lebih hina daripada hewan. Engkau akan binasa.


*Maaf, padahal sebelum nulis rasanya sangat luar biasa. Tapi ya seperti itulah. Aku tidak bisa menuliskannya dengan baik, hanya bisa merasakan dan menikmati ayat-ayatnya

**Gambar hanya tambahan, bukan bahtera yang dimaksud dalam tulisan