Siapa yang tidak kenal dengan pembuat
bahtera raksasa? Tentu orang yang waras dan pernah belajar akan mengetahui
namanya,
Dialah Nuh, atau dalam sebutan lain
dituliskan Noah....
****************************
Dalam Q.S Hud ayat 25-49
Terdapat kisah yang sangat menarik,
tak bisa kuungkapkan seberapa mengagumkan ayat itu
Maka, setelah membaca ini, silahkan
dengarkan dan resapi lantunannya. DISINI
“Tentang Nuh dan Anaknya, Bahtera dan Keselamatan ”
****************************
Bismillah, semoga bisa memberi
inspirasi
Tulisan ini tidak berfokus pada
seluruh ayatnya, hanya menceritakan sedikit inspirasi dari ayat 40-49.
Pendeknya, 10 ayat ini memberiku
pelajaran tentang:
1. Cinta kepada anak
2. Cinta kepada Allah (Tuhan yang
disembah)
1. Cinta kepada anak
Nuh atau Noah ‘alaihissalam (a.s)
adalah salah satu utusan Allah yang masuk dalam golongan nabi ulul azmi. Tugasnya juga mengajak kaumnya untuk menyembah Allah semata. Namun, tentu akan tetap ada yang membantah, beriman dan
juga tetap kufur bahkan bertambah kufur.
Nuh a.s memiliki istri dan anak. Salah
satu anaknya tidak mau beriman sampai akhir hayat.
Kendatipun seperti itu, Nuh tetap
mencintai anaknya layaknya buah hati yang tidak dapat digantikan oleh manusia
manapun.
Seiring berjalannya waktu, maka
proses dakwah Nuh a.s hampir mencapai masanya. Wahyu Allah pun telah diturunkan
kepada Nuh a.s untuk membuat Bahtera Raksasa yang nantinya menjadi sarana
mereka untuk menyelamatkan diri dari ancaman yang akan Allah timpakan kepada
kaum/masyarakat yang telah mengejek nabi Nuh a.s, mencacinya, dan
berbantah-bantahan begitu lama, namun tidak jua beriman kepada Allah.
Ya, kendatipun ancaman ini bukanlah semata sudah dituliskan menurutku (orang-orang yang aneh selalu menyebutnya,
semuanya sudah ditakdirkan J J). Padahal itu muncul dari permintaan
mereka sendiri, sebagaimana dalam surat Hud
ayat 32.
Baiklah, back to the topik,
****************************
Cinta kepada Anak
****************************
Waktunya telah tiba.
Allah yang Maha Kuasa telah memerintahkan
air untuk memancar, menenggelamkan dan menghantam segala yang ia lewati.
Mereka yang telah Allah perintahkan
untuk diselamatkan pun masuk kedalam Kapal, termasuk beberapa pasang hewan.
Air pun semakin besar dan berombak,
saya tak tau gambaran dahsyatnya.
Dalam kisahnya, gelombang itu
bagaikan gunung-gunung, bayangkan!
Tsunami aceh saja sudah membuat kita
ketakutan tak karuan, meski melihatnya hanya melalui televisi.
Bagaimana halnya jika kita berada pada zaman
Nuh a.s.
****************************
Dari kejauhan, Nuh melihat anaknya
yang berlari menyelamatkan diri dari air bah.
Naluri keayahannya muncul, (silahkan
baca kisah dan indahnya panggilan Nuh terhadap anak yang ia cintai meski mereka
tak seiman).
“Ya...anakku....marilah bersama kami....”
(Aku tak tahu bagaimana teriakan
suaranya, hanya bisa membayangkan kalau nabi Nuh a.s memanggil anaknya diantara
gelombang-gelombang besar itu. Dan panggilan itu bisa didengar oleh anaknya. Padahal anaknya ditempat yang JAUH dan
TERPENCIL).
Tapi apa yang harus diperbuat,
Bahtera itu memang hanya untuk orang-orang yang telah beriman kepada Allah .
Anaknya tetap tidak mau meski sudah
diingatkan, bahwa tiada penyelamat lagi selain berserah kepada Allah.
Ia tetap bersikeras ingin mencari perlindungan kepada yang lain.
Gelombang itupun memisahkan keduanya.
Setelah terpisah karena keimanan,
kini ayah dan anak terpisah oleh gelombang.
Sang Ayah, Nabi Nuh a.s segera merayu
dan mengharap kepada Allah tentang buah hati yang ia cintai.
Nuh a.s memohon sesuatu tentang
anaknya.
Lihatlah betapa rayuan itu sangat
bermakna ( Q.S Hud ayat 45)
Rayuan dikala cinta ayah kepada
anaknya sedang diuji
****************************
2. Cinta kepada Allah
Jawaban permohonan pun muncul
Allah menerangkan dengan jelas dan
tegas dalam Q.S Hud ayat 46.
Kecintaan pada hal yang tidak Allah inginkan, kini mendapat
teguran.
Teguran yang berasal dari Yang Maha Tinggi.
Besarnya cinta Nuh a.s kepada rabbnya
mengalahkan yang lain
Ia harus rela dengan anaknya, karena
cintanya kepada rabbnya
****************************
Sedikit simpulan:
1. Begitulah sebagian gambaran
perjalan dakwah.
2. Cinta ayah selalu mengalir, meski
hanya meluap pada saat saat tertentu.
3. Pengabdian kepada Allah jauh lebih
penting dari segalanya.
4. Jangan egois, mencari selain yang
Allah izinkan akan menghancurkanmu. Ridhanya akan menyelamatkanmu
5. Jalankan saja perintah Allah
dengan baik. Soal makna dan balasan, Allah lebih tahu.
6. Saat engkau tidak beriman, maka
engkau lebih hina daripada hewan. Engkau akan binasa.
*Maaf,
padahal sebelum nulis rasanya sangat luar biasa. Tapi ya seperti itulah. Aku
tidak bisa menuliskannya dengan baik, hanya bisa merasakan dan menikmati
ayat-ayatnya
**Gambar hanya tambahan, bukan bahtera yang dimaksud dalam tulisan
0 komentar:
Posting Komentar
Terima kasih.