Minggu, 10 November 2019

Kali ini Jalan ke Berastagi

Bismillah,
Ahad, 10 November 2019

Edisi tulisan kali ini masih tentang jalan-jalan, kalau soal ringkasan buku belum aku ketikkan karena gak tau kenapa. Padahal bukunya Prof. Rhenald Kasali yang Lets Change kuanggap udah tamat, tapi aku kurang bisa menceritakannya dalam bentuk ringkasan, pokoknya intinya itu berubahlah menjadi yang lebih baik, minimal usahanya begitu, berfikir dari berbagai sudut pandang agar tidak selalu belagak menjadi hakim. Yah, prof itu memang akademisi, aku iyakan kalau dia memang orang manajemen, gaya berfikirnya bagus, namun bukan berarti aku mengikuti gayanya secara mentah. Kini bukunya Buya Hamka masih berkutat sampai kata pengantar. πŸ˜†πŸ˜†πŸ˜…

******************************************

Baiklah, tulisan kali ini singkat saja, ini tentang perjalanan ke daerah Kabupaten Karo. Karo atau mungkin lebih dikenal lagi daerah Berastagi/Kabanjahenya itu aku ibaratkan seperti Bukittinggi kalau di daerahku, Sumatera Barat. Perjalanan ini melibatkan aku dan keluarga jhon, bukan uncle jhon, tapi lebih sering kupanggil dengan bang jhon. Niat awalnya sih jalannya ke daerah Riau, tapi batal karena adik perempuan yang bersangkutan tidak ikut dan stay di asramanya, yaitu di STIKES, disamping alasan-alasan lain. Padahal, ketika diajak untuk jalan ke Riau itu aku semangat sekali, selain aku belum pernah kesana, aku juga penasaran bagaimana rute yang dilewati, apakah benar pemandangan yang dilihat itu mayoritas perkebunan atau ada hal-hal lain yang menarik. Tapi kembali, rencana awal batal dan perjalanan di arahkan ke Karo. 

******************************************

Baiklah, kami berangkat pada hari Sabtu pagi. Sebelumnya aku sudah mengambil mobil sebagai kendaraan kami di daerah gelatik, dengan dengan mall manhattan. Kemudian mobil itu kubawa ke rumah tempatku. Sebenarnya ada beberapa agenda yang harus dilakukan sebelum mengambil mobil, ke kantor Uniland mengurus surat dan mengantarnya ke BPBD Kota Medan (masih ingat kalau suratnya sempat salah dua kali πŸ˜….  Kembali ke kampus untuk persiapan pelaporan akhir, kemudian ambil mobil yang lumayan mmm juga ceritanya, kemudian berangkat ke johor untuk pertemuan kelompok ikan nila, kemudian makan bersama untuk perpisahan dengan seorang mahasiswa unpad dan kemudian tidur. Besok paginya, selepas agenda pagi, aku bergegas menuju desa pondok rawa kecamatan precut sei tuan. Sebenarnya janjinya itu berangkat jam 6, namun apalah daya. Akunya bangun sudah dekat azan subuh, kemudian agenda pagi selesai sekitar 6.40 dan baru bisa mandi, memberi makan 5 kucing yang tak mau sekolah itu, kemudian harus mengisi angin ban mobil dulu dan baru bisa berangkat ke precut sei tuan. Akhirnya, aku baru sampai ke desa pondok rawa sekitar jam 7.30. Sampai disana, aku dan bang jhon keluarga berkemas-kemas barang dan cus berangkat via tol bandar selamat-amplas.

******************************************

Kami berangkat melalui jalan alternatif (via kuala bekala), ya kalau tidak salah ada dua rute yang bisa dilewati kalau menuju kabupaten karo, jalur umumnya itu adalah melewati jalan jamin ginting, kemudian yang kedua itu adalah lewat namo ukur, kabupaten langkat (aku baru sekali melewati rutenya). Jalur jamin ginting ini bisa dikatakan bercabang, dari medan menuju daerah sembahe, kita bisa melewati jalan jamin ginting itu sendiri atau juga dari kuala bekala/via kebun binatang medan, nanti akan berjumpa kembali di jalan jamin ginting di ujung kecamatan pancur batu atau sembahe, cek ulang kalau salah. 
Nah, namun akan tetapi kalau, ternyata..... Aku sih sebenarnya tahu kalau minyak mobil itu sedikit, tapi karena masih terlihat dua bar, aku tenang-tenang saja. Selang beberapa menit memasuki rute kuala bekala, mobilnya sudah minta minyak.
Waduh bang, lupa...minyaknya.....
owalah, kok gak diingatin tadi, ini mana ada SPBU dari sini kecuali lewat pancur batu, masih cukup nggak tu?
In syaa Allah cukup (menenangkan) πŸ˜….
Namun setelah beberapa saat, kami putuskan untuk belok menuju pancur batu, khawatir minyaknya tidak cukup (meskipun masih cukup sih sebenarnya, tapi antisipasi kemacetan, maklum hari libur). 
Kamipun masuk persimpangan menuju kecamatan pancur batu, jalannya kecil dan ternyata lumayan jauh. Ujung dari jalan itu adalah pasar (di sini namanya pajak) pancur batu. Wiih, ini pasar weka weka sekali, hal yang paling kuingat itu adalah ketika dipersimpangan kulihat anjing-anjing yang dibungkusin di dalam goni. hihihi. Aku gak tau apakah itu untuk dijual dan dipelihara atau buat di panggang dan disantap. B1.....

******************************************

Setelah keluar dari pasar, aku percepat jalan mobil itu untuk mencapai SPBU terdekat. Wah, alhamdulillah kami mendapati SPBU pancur batu (sebelah kanan bila menuju karo), namun OMG...... minyaknya habis, kemudian SPBU selanjutnya, status minyaknya masih dalam perjalanan (ada banyak kendaraan yang menunggu disitu). SPBU selanjutnya itu adanya di atas, ketika sudah melewati tanjakan dari tikungan, sekitaran bandar baru gitu. Akhirnya kami putuskan mengisi minyak eceran saja, sebanyak tiga liter. Aku anggap sih itu sudah cukup.
Kamipun berjalan, daaan jren-jreng...
Memasuki tikungan pertama masih aman, kedua masih lancar, ketiga kayaknya masih namun sudah semakin padat anndddddd,shit... macceet.
Lalu lintas sangat padat dan macet panjaaaaaang lauuuut. Sementara kondisinya itu nanjak. Lama kemudian, layar didepanku kembali ngasih peringatan untuk isi minyak. Meskipun sebenarnya itu masih cukup dalam keadaan normal, namunkan ini kondisinya ab--ab--abnormal. Maceet, Akhirnya, kayaknya sudah benar-benar sedikit, aku banting setir ke kanan untuk berhenti.

******************************************

Waaah, bla-bla-bla. Setelah selesai dengan kebingungan dan semakin suntuk melihat kemacetan panjang. Bang jhon memutuskan untuk turun untuk membeli minyak eceran lagi, sementara aku dan keluarganya menunggu disekitar mobil saja. (hihi, sorry ya bang.. bukan bermaksud ngerjain, tapi memang khilaflah kayaknya). Sembari menunggu, akupun berfikir "hhh, dosa awak banyak, ni belum konfirmasi ke rumah lagi, aduuhh, tadi pagi bangunnya pas adzan lagi, belum dhuha lagi dan........."
Minta ampun dan segera kuhubungi orang tuaku, sinyal disitu hilang timbul. Ketika sudah tersambung, aku langsung mengkonfirmasi bahwa aku sedang perjalanan menuju ke karo bersama X naik Y dan sekarang kondisinya begini dan begitu.
"ia.....kami juga menuju bukittinggi, disni juga seperti itu, padat dan macet. nyari minyak juga agak susah". Hihi, pokoknya doain ya mak, yah...
Oke, setelah mengkonfirmasi itu, aku sudah lumayan tenang dan kembali menunggu kembalinya bang jhon (dengan harapan ada membawa minyak). Alhasil, diapun kembali setelah setengah jam turun mencari minyak.
"ampun ah, si cun dikerjainnya PH...."
"hihi, sorry bang.... khilaf....πŸ˜…".
Ada enam botol/enam liter yang diperoleh, semoga ini cukup untuk sampai ke SPBU yang ada minyaknya. Botolnya akan kami kembalikan esok hari saat sudah pulang. Habis mengisi, kami bergegas kembali naik. Alhamdulillah kondisinya sudah lumayan lancar, lebih lancar dari macet maksudnya, dan akhirnya kami mendapati SPBU bandar baru serta berhasil mengisi minyak disitu. Setelahnya, kami sudah lumayan lega untuk berjalan naik ke karo, meskipun masih menghadapi kemacetan di berbagai titik. Kamipun sampai di Kabanjahe itu sekitar jam 14.00. Pertama kali menjemput si bila (kalau ndak salah, adik bang jhon), bersama salah satu temannya, aku lupa namanya. Memang ndak nanya πŸ˜†, ingat si anu.

******************************************

Setelah siap, kamipun bertolak menuju mesjid raya kebanjahe. Pertama kali mesjid ini kumasuki, namun menjadi kedua kalinya aku kunjungi. Dulu areal mesjid ini sudah pernah kukunjungi saat ingin berkunjung ke pengungsian korban gunung sinabung. Namun karena sampainya malam, kami ndak bisa masuk saat itu dan hanya istirahat sejenak diluar pagar. Di mesjid ini kami sholat dan kemudian makan bersama. wiiih, mantap.
Yang makan bersama disini ternyata bukan kami saja, kalau ndak salah ada tiga atau empat keluarga yang juga makan siang bersama disana. Setelah makan, waktupun sudah memasuki waktu ashar.

******************************************

Selanjutnya, kami bertolak menuju daerah jalan pendidikan-jaranguda. Daerah ini ada di dekat kota berastagi, jadi kami harus kembali ke arah medan. Sebelum tugu berastagi, kami ambil ke kiri (samping pos polisi), jika lurus juga bisa, hanya saja kita akan melewati gerbang wisata gundaling sehingga mesti bayar. Kami kesini bukan hendak ke gundaling, namun bersilaturrahim ke rumah keluarganya istri mr.jhon. Sampai disana, aku mencoba beristirahat dan menutup mata. Namun karena memang bukan tipenya gampang tidur kalau siang/sore, tidurpun tak dapat kunikmati. Setelah selesai bercerita. Kamipun beranjak ke tujuan utama, yaitu pemandian air panas lau sidebuk-debuk. Aku baru bisa ambil foto saat hendak berangkat dari rumah ini ke lau sidebuk-debuk.
Ke pemandian, kami berangkat sekitar 17.30an melalui jalur belakang, melewati jalan yang ada peternakan sapi perahnya dan keluar di jaranguda kalau gak salah namanya, tidak terlalu jauh dari persimpangan pemandian air panas itu. Hanya saja, kami menghabiskan waktu kurang lebih dua jam untuk sampai ke sana, karena maceeeet.


Temanya pink-pink (bita, aqwam, ais, kakek, si bila dan temannya serta bg jhon.
Namanya liburan, liburnya dua hari lagi sehingga dimana-mana macet. Jalan menuju ke pemandian itupun macet. Aku yang saat itu membawa mobil malah sempat dag-dig-dug saat kami harus berhenti pas di bagian tanjakan. Saat itu tanjakannya lumayan tinggi, gelap, macet, jalan sempit dan tidak ada rambu. Karena khawatir, aku menunggu mobil yang didepan sampai diatas duluan, baru aku susul. Eh, setelah berjalan dan hampir sampai diujung tanjakan, kami harus terhenti kembali dan ya allah, mesin mobil tiba-tiba mati. Sejurus kuhidupkan kembali dan kuinjak gasnya, namun eh mati lagi dan hampir mundur panjang. Aku injak remnya, kemudian kuhidupkan kembali untuk kedua atau ketiga kalinya. hihi, aku lupa kalau posisi gearnya saat itu adalah gigi dua, wajarlah lemot dan mati di tanjakan, kurang fokus. Terakhir mesinnya kuhidupkan kembali dengan posisi gear satu dan bang jhon yang disamping ku sudah siap melepas hand break/rem tangan. Aku injak gas dan menahan klos (karena memang begitu), bannya sedikit split dan akhirnya kami sampai ke atas dengan selamat. Meskipun aroma kain klosnya keluar, kurang tau juga apakah itu memang dari kain klosnya atau kampas remnya, yang jelas beraroma. haha.
Okelah, karena jika menuju pemandian air panas yang dituju pertama akan membutuhkan waktu yang lebih lama dan diestimasi sudah ramai (isi kolamnya bukan air panas lagi, tapi orangπŸ˜‚πŸ˜‚). Kamipun memilih untuk mandi di pemandian yang pertama kali tampak. Akhirnya kami mendapati pemandian air panas pesona, mitranya pariama. Sekalian diputuskan untuk menginap disini dengan menyewa dua kamar.

******************************************

Oh iya, saat itu, harga tiket masuk pemandiannya adalah Rp. 10.000 per orang, anak kecil maupun anak besar πŸ˜…, berapapun ukurannya asal udah jalan. wkwwkwk. Sementara harga sewa perkamarnya adalah Rp. 150.000 perkamar/malam. Disini ada kamar, musholla dan tentunya fasilitas pemandian air panas. kami yang laki-laki mandi setelah beristirahat dan sholat, sementara mereka pihak sebelah mandi duluan. Yang terakhir selesai mandi adalah aku, sampai sekitar jam 23.00an. Yah, ini adalah kali ketiga aku menikmati mandi hot spring di lau sidebuk-debuk, pertama kali itu dulu saat awal-awal aku ke medan di tahun 2012an, tidak berapa lama setelah menjalani ospek mahasiswa baru, kemudian di tahun 2017 bersama alumni rk penghuni kosan josh dan ketiga kalinya adalah yang ini. Setelah selesai mandi, akupun bersih-bersih dan menuju mobil untuk tidur. Meskipun sebelum tidur, aku penasaran dan mencoba makan pop mie, 😁😁😁. 

Aku tidur dimobil karena kamar hanya ada dua, selain sudah penuh, memang yang dipesan hanya dua. Keduanya sudah full diisi oleh keluarga bang jhon termasuk si bila dan temannya. Mereka berdua tidak jadi dihantar kembali ke STIKES malam itu karena kondisi jalanan masih sangat padat. Menurut perhitungan kami, kalau kami tetap jalan menuju STIKES di Kabanjahe, sampai disana itu sekitar jam 1 dan kembali ke pemandian bisa sampai jam 3 dini hari, sama saja dengan kami tidak ada istirahat. Akhirnya mereka ikut menginap dan akan dihantar esok hari. Tidak mungkin kan aku gabung di kamar mereka, eh mungkin aja sih tapi bakalan ada yang ngamuk itu.... disusulnya pula awak.


******************************************

Sekitar jam 03.00 dini hari, aku terbangun karena dingin, kemudian segera kuambil sisa celana pendek dan baju yang ada ditasku, kututupkan kebagian kaki dan kepalaku, sementara jaket yang awalnya kujadikan bantal, kini kukenakan agar terasa lebih hangat. Kemudian aku tidur kembali dan tok..tok...tok.
Suara ketukan kaca itu membuatku terbangun sekitar jam 03.30, bang jhon membangunkanku dengan langsung memberi usulan untuk berangkat mengantar bila dan temannya ke kabanjahe pagi sepagi itu.
"Ayo bang!" seruku
"Bentar, ditanyakan dulu ke mereka".
Setelah ditanya, alhasil mereka urung untuk berangkat pagi dengan alasan pintu pagar belum dibuka. Akupun melanjutkan tidur kembali. Hendak tahajjud tapi batal.


******************************************


Setelah adzan shubuh berkumandang, aku kembali dibangunkan oleh bang jhon dan kamipun sholat shubuh di mesjid yang berada dibagian atas. Hanya membutuhkan kurang dari lima menit dari parkiran mobil itu menuju ke mesjid. Sampai di mesjid, kamipun mengambil air wudhu' dan sholat disana. Aku tidak dapat bergabung berjamaah karena terlambat. Selepas sholat, kami minum teh sejenak pas disamping mesjid itu, kalau tidak salah nama mesjidnya al hidayah. Setelah minum teh dan membeli obat kusuk cap laba-laba πŸ˜„. Kamipun turun kembali ke parkiran dan bersiap-siap untuk berangkat menuju kabanjahe untuk sarapan dan mengantar pulang bila dan temannya.

******************************************


Sekitar jam 07.00, kami sudah sampai di kabanjahe, lalu lintas masih lengang sehingga perjalanan kami lumayan lancar. Sampai di sana, kamipun sarapan bersama dan bersegera menuju ke STIKES untuk bersih-bersih. Mereka aja sih yang bersih-bersih, akunya ndak. Masih dingin...... lagian tadi malam aku sudah bersih-bersih.😁

******************************************


Habis bersih-bersih, kamipun pamit-pamitan, mereka bersalaman dan kemudian foto bersama. Maklumlah, momen liburan kurang komplit tanpa cekrek-cekrek. Setelah berfoto dan pamit, kamipun berjalan kembali pulang ke medan.

******************************************

Tidak langsung ke medan, kami sengaja singgah sebentar di daerah sibolangit, eh itu daerah sibolangit atau bukan ya. Kami singgah untuk melihat bungalow TIBRENA. Kalau menuju daerah karo, tibrena itu ada disebelah kiri, masuk dari simpang air terjun satu hati (honda), bukan becanda ya. Satu hati disini kayaknya memang ada kaitannya dengan honda, karena aku melihat tulisan satu hatinya dibubuhi logo honda, itupun kalau ndak silap. Yaaa, meskipun tulisannya ada yang miss, maksudku hurufnya tidak lengkap. bacaannya SATU H  TIπŸ˜‚, no radikal. 
******************************************


Setelahnya,kami kembali bertolak ke medan. Alhamdulillah, kami sudah sampai di medan sekitar jam 12 siang. Kami masuk dari tol amplas dan kemudian ke luar di tol cemara menuju ke desa pondok rawa. Sesampainya dirumah, merekapun turun dan aku langsung menuju ke medan kembali untuk mengembalikan mobil. Mobil kuhantarkan kembali ke gelatik, dekat dengan mall manhattan. Setelah serah terima, akupun mengambil sepede motorku dan balik ke rumah.
******************************************
Ditunggu ceritamu......



0 komentar:

Posting Komentar

Terima kasih.