Minggu, 20 Oktober 2019

Ke Kota Nopan

Ini cerita tentang perjalanan ke Kotanopan, sekitar tanggal 13-14 Juli 2019 lalu.
Agenda kali ini sebenarnya melihat ladang yang "katany
a" mau diolah menjadi kebun kopi, sekalian jalan-jalan.

*************************************************************

*************************************************************

Kami berangkat ada empat orang dengan mengendarai mobil kijang inova reborn, saya, pak aulia, om man dan bang wi namanya. Berangkat dari Kota Medan sekitar jam 00.00 malam (setelah menyeduh TST pinang). Selama perjalanan menuju Kotanopan, kami singgah di parapat untuk menghangatkan badan, kemudian didaerah tapanuli utara sambil mengisi bahan bakar kembali. Selain itu juga singgah di Padangsidempuan untuk sarapan.

Kalau hendak ke Kotanopan juga bisa diakses menggunakan bus angkutan umum (ALS, Satu Nusa, NPM, Pastra dan sebagainya. Lama waktu perjalanan medan-kotanopan normalnya mungkin 15 jam.

*************************************************************
Kami sampai di Kotanopan, tepatnya di Muara Tagor hampir memasuki waktu zuhur. Karena waktu yang ada cukup terbatas, setelah istirahat sejenak, Kami memutuskan untuk langsung menuju ke lahan yang dimaksud. Dengan pertimbangan rute yang akan dilewati cukup menantang, maka kami sepakati untuk mengendarai sepeda motor yang ada. Daerah yang akan kami tuju (kalau tidak salah) adalah kawasan Muara Botung. Kamipun berangkat konvoi sebanyak 3 (tiga) sepeda motor. Sebelum sampai ke jalur ladang, terlebih dahulu kami membeli nasi goreng enaaak untuk disantap di ladang nantinya.


*************************************************************

Setelag membeli nasi, kami kembali berangkat menuju ladang. Jalan yang dilalui ternyata memang sangat menantang, bebatuan, tanah liat, licin dan terjal, menanjak serta kecil. Sayangnya dokumentasi kami melewati jalan kecil itu tidak ada, kalaulah ada waaw itu sangat menarik untuk dilihat. Aku masih ingat saat dipinggir jalan kecil itu ada sungai yang deras, kemudian kami harus melewati jalanan liat yang basah dibawah patahan-patahan pohon yang jatuh, serta tanjakan tanah liat yang terjal dan licin. Untungnya aku ini juga alak parsaba/parkobun. Sehingga rute yang seperti itu sebenarnya hal sudah kuanggap biasa. Hanya saja karena sudah begitu lama libur, momen perjalanan ini terasa sangat menarik.

*************************************************************

Sampai di areal ladang yang dituju, kamipun memarkirkan sepeda motor dan berjalan sekitar 5-10 menit menuju pondok yang sudah dibangun ditengah-tengah ladang tersebut. Kemudian dilanjutkan dengan melihat areal ladang, batas dan perencanannya, berkeliling dan berdiskusi. Karena sudah memasuki waktu siang dan rekan-rekan yang menunggu disana juga sudah merasa lapar, maka kamipun makan siang bersama di dalam pondok. Makan siang yang sangat berkesan tentunya, ditambah dengan suasana hujan lebat yang berselang lebih dari setengah jam. Makan siangpun terasa nikmat karena suasana semakin sejuk dan kopi yang disediakan panasnya pas.

*************************************************************

Hujan yang turun ternyata belum kunjung reda meskipun nasi goreng yang disediakan sudah ludes disantap. Kamipun dengan suka rela menunggu hujan reda agar bisa pulang tanpa harus basah-basahan (maklum kami tidak bawa mantel). Setelah diperkirakan sudah bisa dilalui, maka kami bergegas mengambil sepeda motor dan konvoi kembali pulang ke Muara Tagor.

*************************************************************

Kami sampai di rumah Muara Tagor sekitar pukul 17.00, kami istirahat di rumah tersebut sambil melakukan hajatnya masing-masing: bercerita, berdiskusi, tidur, main hape, makan dan sebagainya. Akhirnya, tidak terasa suasana sudah mulai gelap dan dingin. Malamnya kami istirahat di Muara Tagor dan merencanakan keberangkatan ke Medan esok hari.

*************************************************************

Pagi hari, kami sudah bangun dengan segera. Setelah mondar mandir kesana kemari, kami beranjak untuk mandi. Mandi di sungai. wkwkwkwkwk
Tentu itu sangat dirindukan, kalau di hanya bisa mandi di kamar mandi dan kolam, gak nantang. Nah kali ini kami sepakat mandi ke sungai. Kami berempatpun berangkat bersama berjalan kaki menuju sungai. Sampai disana, tanpa berfikir panjang dengan dinginnya air, kami bersegera cus ke dalam sungai dan menikmatinya. Hampir juga setengah jam kami berendam, berenang, main batu di sungai tersebut. Seperti anak-anak desa pada umumnya. 😂😂

Kamera selalu menipu ya

*************************************************************

Okelah, selepas mandi kami bergerak menuju rumah untuk memandikan mobil agar lebih nyaman dibawa pulang ke Medan. Sekitar jam dua siang, kami sudah berangkat menuju medan dengan tambahan satu personil.

*************************************************************

Pulang bukan berarti langsung pulang. Di daerah Panyabungan kami singgah untuk melihat-lihat burung dan mencari toge panyabungan. Ada yang tahu toge panyabungan? Aku pun baru tahu pada saat itu. Di dalam mobil mereka kerap kali menyebutkan kalau toge panyabungan itu enak. Aku yang mendengarnya justru heran, apa enaknya toge? Perasaan toge rasanya semua sama, enaknya paling ditumis pake tahu tempe. Setelah sampai di pasar panyabungan, merekapun masuk ke pasar untuk belanja toge yang disebut enak tadi. Aku lebih memilih tidak ikut karena ingin istirahat saja. Selang beberapa menit mereka kembali dan memberikan sebungkus minuman, saya heran dan nanya.
Lah, mana toge nya pak? habis ya?
Eh, malah mereka bilang Ya itu togenya, toge panyabungan!
Owalah, ternyata toge maksudnya itu es cendol atau es campur di daerahku. Kirain memang toge betulan, aku dan ngira hebat betul ni panyabungan bisa buat toge yang enak. Eh toge itu ternyata es cendol. 😅
Penasaran? ni contohnya
*************************************************************

Selesai ngabisin toge, kami bergerak lagi. Sengaja tidak makan dahulu karena sudah direncanakan untuk makan siang dengan menu sop sipirok. Sop sipirok ini mungkin sudah menjadi khas kuliner di sipirok. Waktu sampai disana, saya sebenarnya ingin mengambil lokasinya dari map agar untuk selanjutnya lebih mudah untuk dicari. Namun karena daya dukung hape yang tidak baik, akhirnya urung dan fokus untuk menikmati sop nya saja, sampai lupa motion. Habis dari sop sipirok, sholat dan kamipun berangkat kembali ke medan. Yaa seingatku tidak terlalu banyak singgah-singgah lagi sampai ke Medan.
*************************************************************

Jumat, 18 Oktober 2019

Menjadi Guru


Judul Buku: Begini Seharusnya Menjadi Guru
Penulis: Fuad bin Abdul Aziz as-Syalhub
Tahun: 2018
Penerbit; Darul Haq
Tempat: Jakarta
Jumlah halaman: 192


Buku ini memuat tentang bagaimana hendaknya tampilan seorang guru, baik dari secara lahir maupun secara ruhiyah. Menjadi guru bukanlah perkara yang mudah, karena yang dihadapi adalah manusia dengan berbagai karakter, kapasitas yang berbeda, daya tangkap berbeda dan sebagainya. Rasulullah SAW tentu menjadi contoh sempurna seorang guru, sehingga dalam penulisan buku ini, penulis mencoba mengulas dan mengkaji kisah-kisah dan hadits rasulullah sebagai guru besar peradaban dan menuangkan nilai atau pelajaran yang dapat dipetik untuk para guru.

#Karakter yang Harus Dimiliki Seorang Pengajar


1. Mengikhlaskan ilmu untuk Allah
Belajar mencari ilmu bukan untuk disebut alim, namun untuk mencari keridhaan Allah. Akan tetapi bila tetap dipuji oleh manusia, maka itu tidak mengapa. Poros dari itu semua adalah niat, dan niat itu ada di dalam dada.


2. Jujur
Jujur adalah mahkota di atas kepala seorang guru, juga kunci keselamatannya (At-Taubah 119).Efek dusta akan merambat kepada masyarakat, tidak hanya kepada pelakunya.


3. Serasi antara perbuatan dan ucapan
Janganlah ucapannya mendustakan perbuatannya, ilmu itu diketahui oleh mata hati, sementara amal itu diketahui oleh mata kepala, sementara pemilik mata kepala itu lebih banyak. Jika amal menghalangi ilmu, maka hidayah akan terhalangi..(Al-Ghazali, Ihya Ulumuddin 1/97 cet Dar al-Hadits).


4. Bersikap adil dan tidak berat sebelah.
Janganlah sampai adanya sebuah permasalahan menjadikan kita bertindak tidak adil, padahal adil itu lebih dekat kepada taqwa. Bersikap adillah dalam setiap keadaan dan kepada siapapun, sebagai mana kisah wanita bani makhzum yang membuat khawatir orang quraisy karena mencuri, maka quraisy meminta Usamah bin Zaid untuk berdiskusi dengan rasulullah. Rasulullah dengan tegas menanggapi dengan sabdaya yang diriwayatkan Mutafaqun alaih “Sesungguhnya yang membinasakan orang-orang sebelum kalian adalah  karena jika ada orang terpandang diantara mereka mencuri, mereka membiarkannya, namun jika ada orang yang lemah diantara mereka yang mencuri, mereka menegakkan hukuman  atasnya. Demi Allah, sekiranya Fatimah bin Muhammad mencuri, niscaya aku akan potong tangannya”.


5. Berakhlak mulia lagi terpuji
6. Tawadhu’
7. Pemberani (berani berkata benar, mengatakan yang salah adalah salah serta mengakui kesalahan jika ia salah)
8. Bercanda dengan siswanya dalam batas-batas yang wajar sebagai upaya untuk merefresh.
9. Sabar dalam menahan emosi (tidak marah jika yang dicerca adalah dirinya, namun marah jika syariat yang dilanggar/dicela)
10. Menghindari perkataan keji yang tidak pantas.


#Kewajiban Guru


1. Menanamkan aqidah dan memperkuat keimanan. Pelajaran-pelajaran yang diberikan hendaklah diupayakan menjadi hikmah bagi siswa dan guru. Sehingga alquran sebagai sumber ilmu utama selalu hadir dalam setiap kegiatan pembelajaran.
2. Memberikan nasehat
3. Lembut dan mengajar dengan metode yang baik
4. Memberi salam diawal dan akhir
5. Memberikan sanksi
6. Memberikan penghargaan dalam bentuk materi/doa/sanjungan

#Sistem dan Metode Mengajar yang bisa diterapkan

a. Metode Mengkondisikan/Mempersiapkan Forum
- Meminta diam (sebagaimana dikisahkan oleh Alhafidz Ibnu Hajar tentang khutbah haji wada’)
- Metode panggilan (memanggil hai fulan, dsb)
- Metode memotivasi

b. Metode Kontak Pendengaran dan Penglihatan
c. Metode Peragaan (Praktik)
- dari pihak guru
- dari pihak siswa

d. Menyajikan Materi dengan Metode dan Sesuai Daya Pikir Siswa
e. Metode Dialog dan Pendekatan Logika
f. Mengajar lewat kisah
g. Membuat permisalan
h. Membangkitkan rasa penasaran
i. Menggunakan isyarat
j. Menggunakan gambar
k. Menjelaskan point penting dengan menyertakan sebab musabab
l. Memberi kesempatan kepada siswa mencari jawaban
m. Metode pengulangan
n. Metode klasifikasi/penggolongan
o. Metode tanya jawab
p. melontarkan berbagai permisalan permasalahan ilmiah
q. Memotivasi siswa untuk bertanya 
r. Mengakui ketidaktahuan adalah sebagian ilmu.

Sekian penjelasannya, untuk lebih jelasnya bisa dibaca pada buku tersebut secara langsung.

Mohon maaf karena pasti ada kekurangan pada tulisan ini.


Terima kasih.

Rabu, 16 Oktober 2019

Politik Pangan


Petaka Politik Pangan di Indonesia

Judul Buku: Petaka Politik Pangan di Indonesia
Penulis: Zacky Noval F, Geneng Dwi Yoga Isnaini, Luthfi Kurniawan
Tahun: 2017
Penerbit: Intrans Publisihing
Tempat: Malang
Jumlah halaman: lupa

****************************************************
Buku ini membahas tentang sisi negative politik pangan yang diterapkan di Indonesia. Buku ini membuka fikiran kita untuk mencoba kritis terhadap arah kebijakan-kebijakan yang diberlakukan oleh penguasa. Karena boleh jadi yang kita dengar arahnya adalah baik, namun setelah dikaji dengan baik justru mengarah kepada penjerumusan masyarakat menjadi jatuh dan terperosok. Padahal kebijakan yang diwujudkan katanya BERPIHAK KEPADA RAKYAT.
****************************************************
Pemerintah memang menjadi pengendali utama seluruh sumber daya yang ada dalam suatu daerah atau negara. Pemerintah dengan mudah bisa mengendalikan masyarakat tanpa ada gejolak/pemberontakan/perlawanan terhadap pemberlakuan kebijakannya, yang terkadang berujung kepada penyengsaraan masyarakat di masa depan. Ya memang ada benarnya “Selama rakyat masih bisa dikasih makan, selama itu pula rakyat bisa dikendalikan”. Anggapan tidak adanya negara dalam kehidupannya, tidak adanya guna/ negara berperan atau tidak itu sama saja, justru dapat memicu amarah masyarakat.
****************************************************
Buku ini menyampaikan bahwa agar kebijakan yang dibuat hendaklah memperhatikan keempat aspek dibawah ini:
1.      Nilainya (moral dan nurani)
2.      Pengetahuan pilosofisnya/background
3.      Kepentingan siapa yang dijunjung
4.      Institusi sebagai alat operasional, bukan yang lain.
****************************************************
Kebijakan pangan yang digalakkan seringkali diarahkan untuk ketahanan pangan. Apasih ketahanan pangan itu? Emang udah cukup ya sampai ketahanan pangan saja? Atau ternyata kita ini sedang duduk bodoh, tidak tahu apa-apa?
****************************************************
Dalam Undang-Undang No. 7 Tahun 1996 disebutkan bahwa “Ketahanan pangan adalah usaha mewujdukan ketersediaan pangan bagi seluruh rumah tangga dalam jumlah cukup, mutu dan gizi yang layak, aman dikonsumsi, merata serta terjangkau oleh setiap manusia”.
****************************************************
Noh, berarti sampe sekarang kita belum sampai kepada Ketahanan Pangan kan? Iming-iming media, kita sudah begini begono. Wkwkwkwk
Katanya kedaulatan pangan…nyatanya ketahanan pangan saja nggak sampe-sampe….
****************************************************
Pernah suatu kali, penggunaan pupuk dan pestisida meningkatkan produksi beras untuk mencapai swasembada, namun akhirnya negara harus membayar mahal karena lahan kritis. Bagaimana nggak kritis?
Wong bibitnya dimintai pake bibit unggul, ya petani nurut-nurut wae.
Eh, nyatanya bibit unggul belinya mesti branding X, branding X udah jadi patennya si C sehingga petani mesti beli, kalau tidak bakalan dibilang ketinggalan dan gagal.
Owalah, benihpun ditanam, ternyata pupuk untuk branding X harus ABC bla-bla-bla. Petanipun terpaksa membeli pupuk yang dimaksud yang akhirnya mulai dari penanaman sampai pada pemanenan ternyata sudah diatur sama yang punya project. Akhirnya, penggunaan pupuk dan pestisida lambat laut menyebabkan lahan kritis, produksi menurun, hama menyerang, harga turun produksi turun. Akhirnya? Imporrrr.
****************************************************
Revolusi hijau diawali dengan program intensifikasi pertanian melalui program panca usaha tani: 1. Bibit unggul, 2. Pupuk, 3. Pemberantasan hama, 4. Irigasi dan 5. Pengolahan lahan (teknik). Lihat dong bagus-bagus. Ada berapa bidang yang dikerjakan petani secara bebas? Paling irigasi saja, itupun mungkin. Atau hanya pengolahan lahan dan irigasi. Soal bibit, pupuk, pestisida siapa yang ngatur? Akhirnya, jadilah seperti saat sekarang.
****************************************************
Ingat! Kebijakan yang bertumpu pada pasar, bukan bertumpu pada lahan maka potensi pangan lokal akan termarjinalkan.
****************************************************
Maxwell menyebutkan ada empat elemen ketahanan pangan:
a.       Kecukupan kuantitas dan kualitas
b.      Akses
c.       Ketahanan
d.      Fungsi waktu

7 Pilar menurut Arie Ariyanto p. 143-147 tentang prinsip berdirinya kedaulatan pangan:
- Hak atas pangan
- Reformasi agraria
- Penggunaan sumber daya alam yang sustainability
- Pangan untuk pangan, bukan sekedar perdagangan
- Pembatasan penguasaan pangan oleh korporasi
- Pelarangan penggunaan pangan sebagai senjata
- Akses ke petani kecil untuk perumusan kebijakan pertanian.

Sekian!!!

Senin, 14 Oktober 2019

Profil Murabbi Ideal


Berikut adalah catatan yang kubuat setelah membaca:
*******************************************
Judul Buku: Profil Murabbi Ideal
Penulis: Abdul Hamid Al-Bilali
Penerjemah: Fadhli Bahri, Lc
Tahun: 1432 H / 2011 M
Penerbit; An-Nadwah
Cetakan: III
Jumlah halaman: 178 hal.
******************************************* 
Cover Depan



Buku ini mungkin terlihat kecil, namun sarat dengan pelajaran-pelajaran yang sangat luar biasa. Bagus dibaca untuk para da’i, muda ataupun tua. Ringkasnya, buku ini menyampaikan bahwa secara general, seorang da’i hendaklah: 1. Memiliki keteladanan yang baik, 2. Lembut, 3. Hobi mengokohkan hati dan 4. Merasakan kesertaan Allah selalu.

___________________________________________________________________________

*******************************************
Hendaklah kita yang menjadi murabbi selalu ingat dengan hal-hal dibawah ini, bahwa murabbi itu hendaklah:

1. Memiliki keteladanan yang baik
Bahwa rasulullah adalah teladan yang baik sebagaimana disebutkan dalam (Al-ahzab 21). Sementara mereka yang disebutkan dalam surat (As-Shaff: 2) juga pernah digambarkan oleh rasulullah dalam hadistnya bahwa kelak mereka yang mengajak berbuat baik namun tidak melakukannya akan dilemparkan ke neraka dan terburailah isi perutnya (Hadits No. 76, Bab Maa Ja’a fi Shifati Annar jilid IV, Shahih Bukhari, hal. 246 terbitan Alamu Al-Kutub).
*******************************************

     Ketika kita menjadi dai, maka seluruh pandangan yang belum pernah ditujukan pada kita akan seketika tertuju seluruhnya, seluruh profil, ucapan perbuatan kita menjadi sorotan, kesalahan akan menjadi kritikan sekecil apapun, karena ilmu khaldun pernah menyampaikan bahwa selamanya pecundang selalu mengikuti pemenang dalam symbol, mode, perilaku, kondisi dan  seluruh kebiasaan, karena jiwa yang kalah akan menganggap yang mengalahkannya adalah figure sempurna. Baik sempurna dari segi nilai maupun dari segi senjata.
     *******************************************

Syaikh Abdurrahman As-Sa’di berkata bahwa keteladanan itu ada dua, yaitu keteladanan yang baik yaitu pada diri rasulullah dan keteladanan yang buruk yaitu keteladanan pada selain rasulullah dan bertentangan dengannya. Pentingnya keteladanan pernah juga diungkapkan oleh Ibnu Alqayyim bahwa Ulama jahat berdiri dipintu surga, mereka mengajak ke surga dengan ucapannya, dan mengajak ke neraka dengan perbuatannya. Sekilas mereka adalah juru petunjuk, padahal sejatinya mereka adalah perampok jalanan. Kita mungkin tidak faham, bahkan saya sendiri bahwa kita selalu menjadi objek pengawasan mutarabbi kita sendiri. Boleh jadi ketidaksengajaan kita yang kecil justru dianggap besar oleh mutarabbi dan sebaliknya.
*******************************************

Hal Mubah ternyata sangat tidak etis dilakukan oleh orang berkedudukan tinggi termasuk para murabbi, kendati itu bukan syarat untuk selamat. Orang bijak  tidak mengerjakan banyak hal mubah, untuk melindungi diri terutama jika hal tersebut berada diperbatasan halal dan haram.

*******************************************

Ada sebuah kisah menariknya tentang Yahya bin Yahya (Muridnya Imam Malik). Yahya bin Yahya disebut sebagai orang cerdas dari Analusia. Dikisahkan bahwa pada suatu saat ketika Imam Malik sedang bersama murid-muridnya, lalu ada seorang yang berkata “ada gajah diluar”. Sontak murid-murid itupun berhamburan melihat gajah yang dimaksud, sementara Yahya bin Yahya tidak beranjak dari tempatnya. Imam Malik bertanya” Kenapa engkau tidak ikut keluar untuk melihat gajah, sebab gajah tidak ada di Andalusia? Namun Yahya bin Yahya menjawab “ Aku datang jauh-jauh dari Negeriku untuk melihatmu, mempelajari petunjuk dan ilmumu, bukannya untuk melihat gajah”. Melihat hewan langka itu mubah-mubah saja, tapi waktu itu terlalu mahal bagi kita jika hanya digunakan untuk melakukan hal yang mubah. Gimana? Hal mubah saja ditinggalin, gimana hal yang sia-sia? Hati-hati, boleh jadi ketidaksadaran kita melakukan hal mubah menjadi pemicu timbulnya sisi negativ pada diri mutarabbi.
*******************************************

Teruntuk kita, jangan mau ditakut-takuti, mari kita ingat-ingat dan pelajari kisah Ibnu Ummi Maktum misalnya, ia ngotot ikut jihad sekalipun ia adalah seorang yang buta, ia berjihad dengan membawa panji. Begitu pula dengan Amr bin Al-Jamuh yang pincang kakinya, ia begitu menangis saat ia diberi toleransi untuk tidak ikut berjihad bersama para mujahidin. Bahkan ia berkata “Sungguh aku berharap aku bisa menginjak surga dengan kakiku yang pincang ini”. Akhirnya ia ikut berjihad hingga terbunuh.
*******************************************

Salah satu aksi keteladanan adalah tentang berinfak. Nah ini point tentang isu berinfak dihadapan para adik-adik.

Dalam Shahih Bukhari Kitab Fath Bari hadits ke 851. Imam Bukhari meriwayatkan bahwa ada hadits dari Uqbah yang berkata “Aku mengerjakan sholat ashar dibelakang nabi, setelah mengucapkan salam, beliau terburu-buru berdiri dan berjalan melewati pundak kamu muslimin untuk pergi ke salah satu bilik istri beliau. Lalu beliau keluar menemui mereka dan melihat mereka kaget dengan sikap beliau. Rasul bersabda “Aku ingat ada sedikit emas ada dirumahku dan aku khawatir ia menahanku. Karena itu aku suruh agar emas itu dibagikan”.

*******************************************
2. Lembut

Pesan Ibu Taimiyah dalam buku profil murabbi ideal karangan Abdul Hamid Al-Bilali ini bahwa kepada para calon dai, hendaklah kalian harus:

1.      Tahu/faham (berilmu)
2.       Lembut:
a.       Ketika berdakwah
b.      Kepada ahli kitab
c.        Kepada orang bodoh
d.      Lembut memberikan tugas
3.      Sabar
*******************************************

Dalam point lembut dalam berdakwah ini ada sebuah ungkapan yang diucapkan oleh Ibnu Alqayyim r.a: “Yang paling ajaib adalah anda mengenal Allah tapi anda tidak mencintainya, anda mendengar penyeru kepada kebaikan lalu anda terlambat meresponnya. Anda tahu besarnya keuntungan berinteraksi denganNya tapi anda berinteraksi dengan selain Dia. Anda tahu besarnya kemurkaanNya tapi anda justru mempersiapkan diri untuk dimurkaiNya, anda merasakan sakitnya terisolir karena bermaksiat kepadaNya kemudian anda tidak berusaha mendekat kepadaNya dengan jalan taat. Anda merasakan getahnya hati ketika membicarakan selain Dia lalu anda tidak tertarik untuk lapang dada dengan dzikir dan bermunajat kepadaNya, anda merasakan siksa ketika hati lengket dengan selain Dia tapi anda tidak lari sedikitpun menuju kenikmatan menghadap dan kembali kepadaNya. Lebih aneh lagi, anda tahu bahwa anda harus mendapatkan apa saja dariNya dan sangat membutuhkanNya, tapi anda berpaling dariNya dan senang dengan apa saja yang menjauhkan anda dari-Nya” itu sangat aneh.
*******************************************

Masalah kejenuhan dalam menjalani dakwah itu juga pernah terjadi pada masa lalu. Murid-murid Ibnu Mas’ud pernah memberikan ucapan bahwa mereka ingin diajari oleh gurunya (Ibnu Mas’ud) setiap hari. Akan tetapi dengan sarat sang guru menjawab “Aku tidak bisa memenuhi kalian, sebab aku tidak ingin membuat kalian jenuh. Aku mencari waktu yang tepat untuk memberi nasihat kepada kalian, sebagaimana rasulullah memilih waktu yang pas untuk memberi nasihat kepada kami karena khawatir kami mengalami kejenuhan.
*******************************************

Cobaan terjadi agar pelaku jalan dakwah tegar berada di jalan dakwah, setelah itu mereka tidak boleh berleha-leha, apapun kondisinya “Sayyid Quthb

Contoh lembut terhadap orang bodoh adalah ketika ada seorang arab dusun kencing di sudut masjid, lalu para sahabat membentaknya, namun rasulullah dengan kelembutannya melarang sahabat membentaknya, selesai kencing, para sahabat diminta untuk menyiramkan air ke tempat kecing tadi. Sementara orang arab dusun tadi melakukan perilakunya karena kebodohannya.

*******************************************
3. Hobi Mengokohkan Hati

 Hati menjadi keras karena porsi berikut ini berlebihan: makan, tidur, bicara dan bergaul. Perumpamaan hati yang keras itu menurut Ibnu Alqayyim adalah lebih keras dari tambang bumi, tidak bisa dilelehkan oleh panas bumi selain panas neraka.
*******************************************

Seorang tabi’in mulia, Al-Hasan Al-Bashri pernah mengatakan” Hai manusia, aku menasehati kalian kendati aku bukan orang paling baik dan shalih di antara kalian. Buktinya, aku seringkali mendzholimi diriku sendiri, tidak bisa mengendalikannya, dan tidak membawanya untuk taat kepada Tuhannya. Namun jika seseorang mukmin tidak menasehati saudaranya, kecuali setelah mampu mengendalikan diri, tentu tidak ada orang yang memberi nasehat kepada orang lain, dai langka, tidak ada orang yang mengajak orang lain kepada Allah, menganjurkan mereka tata kepadaNya dan melarang mereka melakukan kemaksiatan. Pertemuan sesame orang yang punya hati nurani, dan nasihat sebagai orang mukmin kepada sebagian yang lain, itu menghidupkan hati orang-orang yang bertaqwa, mengingatkan mereka dari lalai dan melindungi dari lupa. Hendaklah kalian selalu berada di majlis-majlis dzikir, barangkali ada satu kata yang bisa didengar dan hal sepele yang bermanfaat” (Al-Hasan Al-Bashri Hal. 90).
*******************************************

Dikisahkan bahwa Al-Mahdi melaksanakan ibadah haji, iapun memasuki Mesjid Nabawi dan orang melihatnya berdiri, kecuali seorang saja yaitu Ibnu Abu Dzi’b. Orang-orang menyerunya “Berdirilah, ada amirul mukminin”. Maka dengan tegar dan percaya diri ia berkata “Manusia hanya boleh berdiri kepada Tuhan seluruh Makhluk”. Al-Mahdi pun meminta agar ia dibiarkan duduk dan mengatakan “ Aku merasakan semua rambut kepalaku berdiri merinding” (Diambil dari buku Tadzkiratu Al-Huffaz).
*******************************************

Kebersihan hati menandakan kebersihan misi. Coba simak kutipan kisah berikut ini.
Umar bin Abdul Aziz berkata kepada Sulaiman bin Abdul Malik “Wahai amirul mukminin, dipintu itu ada orang yang punya kearifan dan perkataan berbobot”. Suruh dia masuk.
Lantas orang arab dusun itu diminta masuk dan diminta menyampaikan hajatnya. “Aku berasal dari kabilah Abdul Qais bin Afsha. Wahai amirul mukminin aku ingin bicara kepadamu dan terimalah perkataanku kendati tidak engkau sukai, karena ada manfaat yang engkau minati jika engkau menerimanya. Wahai amirul mukminin, engkau dikelilingi orang-orang yang membeli duniamu dengan agaman mereka dan keridhaanmu dengan kemurkaan tuhan mereka. Mereka takut kepadamu di jalan Allah dan tidak takut kepada Allah di jalanmu. Mereka meruntuhkan akhirat mereka dan membangun dunianya, mereka perangi akhirat dan mencari tangga dunia. Karena itu jangan engkau berikan kepercayaan kepada mereka di kepercayaan yang diberikan Allah kepadamu. Engkau dimintai pertanggungan jawab atas mereka, namun mereka tidak dimintai pertanggungjawaban atas tindakanmu. Dunia mereka tidak membaik dan kerusakan akhiratmu. Orang paling rugi adalah orang yang menjuali akhiratnya untuk dunia orang lain”. Lalu setelah penyampaian ini, Sulaiman bin Abdul Malik bertanya “Apakah engkau memiliki keperluan untuk dirimu sendiri?” dengan tugas arab dusun itu menjawab “Tidak ada”.
*******************************************

Burung yang sayapnya patah
Ibrahim ibn Adham, seorang zuhud pernah memberikan penguatan hati kepada saudaranya Syaqiq bin Ibrahim Al-Balkhi. Ia menanyakan kenapa syaqia berubah terisolir dari dunia, focus ibadah dan berhenti bekerja. Syaqiq menjelaskan bahwa ia melihat burung yang sayapnya patah, da nada burung yang satu lagi datang dengan membawa belalang di paruhnya. Akupun memutuskan untuk seperti ini. Ibrahim ibn Adham menyampaikan “Kenapa engkau tidak menjadi burung yang sayapnya utuh dan memberi makan kepada burung yang sayapnya patah, agar posisimu lebih baik dari burung yang sayapnya patah. Apakah engkau tidak pernah mendengar sabda rasulullah saw bahwa tangaan di atas lebih baik baik daripada tangan dibawah?”. Maka diantara ciri orang beriman ialah ia mencari derajat paling tinggi di semua urusannya, agar ia mencapai peringkat orang baik-baik. Ini dibuktikan oleh syaqiq, mendengar perkataan itu, syaqiq memegang tangan Ibrahim ibn adham dan mencium sembari berkata “Engkau sekarang menjadi guruku”.
Khaulah binti Hakim (pernah menyampaikan sesuatu kepada umar) Khaulah adalah wanita yang ucapannya didengar Allah dari atas langitNya.

*******************************************
4. Merasakan Kesertaan Allah.
Point ini adalah ketika kita selalu merasa bahwa Allah selalu bersama kita. Kita akan kuat saat kita yakin Allah bersama kita. Imam Ahmad tegar ketika fitnah Alquran itu makhluk sedang bergejolak. Ia dikuatkan oleh seorang arab dusun yang menyampaikan bahwa tetaplah dengan ketaatan kepada Allah. Bila engkau (Imam Ahmad) mati maka engkau syahid, namun  bila masih hidup maka hidupmu mulia Imam Ahmadpun merasa tegar ketika ia menerima cambukan/hukuman dari penguasa saat itu.
*******************************************
Begitu juga dengan kisah Musa as dan kaumnya, ketika sudah terkepung dari kejaran pasukan firaun yang beringas dan tanpa belas kasihan, Musa as tetap tegar dengan meyakini bahwa Allah bersamanya, sementara kaumnya sudah panik jikalau mereka akan segera tersusul oleh firaun. Namun dengan bertahannya keyakinan akan pertolongan Allah, maka muncul mukjizat yang akhirnya menjadi jalan selamatnya Musa as dan kaumnya.
*******************************************
Medan, 14 Oktober 2019
Sekian catatan dari saya, semoga bisa bermanfaat. Lebih dan kurang/khilaf saya mohon maaf dan mohon ampun kepada Allah.