Berikut
adalah catatan yang kubuat setelah membaca:
*******************************************
Judul
Buku: Profil Murabbi Ideal
Penulis:
Abdul Hamid Al-Bilali
Penerjemah:
Fadhli Bahri, Lc
Tahun:
1432 H / 2011 M
Penerbit;
An-Nadwah
Cetakan:
III
Jumlah
halaman: 178 hal.
*******************************************
|
Cover Depan |
Buku
ini mungkin terlihat kecil, namun sarat dengan pelajaran-pelajaran yang sangat
luar biasa. Bagus dibaca untuk para da’i, muda ataupun tua. Ringkasnya, buku
ini menyampaikan bahwa secara general, seorang da’i hendaklah: 1. Memiliki
keteladanan yang baik, 2. Lembut, 3. Hobi mengokohkan hati dan 4. Merasakan
kesertaan Allah selalu.
___________________________________________________________________________
*******************************************
Hendaklah
kita yang menjadi murabbi selalu ingat dengan hal-hal dibawah ini, bahwa
murabbi itu hendaklah:
1.
Memiliki keteladanan yang baik
Bahwa
rasulullah adalah teladan yang baik sebagaimana disebutkan dalam (Al-ahzab 21).
Sementara mereka yang disebutkan dalam surat (As-Shaff: 2) juga pernah
digambarkan oleh rasulullah dalam hadistnya bahwa kelak mereka yang mengajak
berbuat baik namun tidak melakukannya akan dilemparkan ke neraka dan
terburailah isi perutnya (Hadits No. 76,
Bab Maa Ja’a fi Shifati Annar jilid IV, Shahih Bukhari, hal. 246 terbitan Alamu
Al-Kutub).
*******************************************
Ketika kita menjadi dai, maka seluruh
pandangan yang belum pernah ditujukan pada kita akan seketika tertuju
seluruhnya, seluruh profil, ucapan perbuatan kita menjadi sorotan, kesalahan
akan menjadi kritikan sekecil apapun, karena ilmu khaldun pernah menyampaikan
bahwa selamanya pecundang selalu
mengikuti pemenang dalam symbol, mode, perilaku, kondisi dan seluruh kebiasaan, karena jiwa yang kalah
akan menganggap yang mengalahkannya adalah figure sempurna. Baik sempurna
dari segi nilai maupun dari segi senjata.
*******************************************
Syaikh
Abdurrahman As-Sa’di berkata bahwa keteladanan itu ada dua, yaitu keteladanan
yang baik yaitu pada diri rasulullah dan keteladanan yang buruk yaitu keteladanan
pada selain rasulullah dan bertentangan dengannya. Pentingnya keteladanan
pernah juga diungkapkan oleh Ibnu Alqayyim bahwa Ulama jahat berdiri dipintu
surga, mereka mengajak ke surga dengan ucapannya, dan mengajak ke neraka dengan
perbuatannya. Sekilas mereka adalah juru petunjuk, padahal sejatinya mereka
adalah perampok jalanan. Kita mungkin tidak faham, bahkan saya sendiri bahwa
kita selalu menjadi objek pengawasan mutarabbi kita sendiri. Boleh jadi
ketidaksengajaan kita yang kecil justru dianggap besar oleh mutarabbi dan
sebaliknya.
*******************************************
Hal
Mubah ternyata sangat tidak etis dilakukan oleh orang berkedudukan tinggi
termasuk para murabbi, kendati itu bukan syarat untuk selamat. Orang bijak tidak mengerjakan banyak hal mubah, untuk
melindungi diri terutama jika hal tersebut berada diperbatasan halal dan haram.
*******************************************
Ada
sebuah kisah menariknya tentang Yahya bin Yahya (Muridnya Imam Malik). Yahya
bin Yahya disebut sebagai orang cerdas dari Analusia. Dikisahkan bahwa pada
suatu saat ketika Imam Malik sedang bersama murid-muridnya, lalu ada seorang
yang berkata “ada gajah diluar”.
Sontak murid-murid itupun berhamburan melihat gajah yang dimaksud, sementara
Yahya bin Yahya tidak beranjak dari tempatnya. Imam Malik bertanya” Kenapa
engkau tidak ikut keluar untuk melihat gajah, sebab gajah tidak ada di
Andalusia? Namun Yahya bin Yahya menjawab “
Aku datang jauh-jauh dari Negeriku untuk melihatmu, mempelajari petunjuk dan
ilmumu, bukannya untuk melihat gajah”. Melihat hewan langka itu mubah-mubah
saja, tapi waktu itu terlalu mahal bagi kita jika hanya digunakan untuk
melakukan hal yang mubah. Gimana? Hal mubah saja ditinggalin, gimana hal yang
sia-sia? Hati-hati, boleh jadi
ketidaksadaran kita melakukan hal mubah menjadi pemicu timbulnya sisi negativ
pada diri mutarabbi.
*******************************************
Teruntuk
kita, jangan mau ditakut-takuti, mari kita ingat-ingat dan pelajari kisah Ibnu
Ummi Maktum misalnya, ia ngotot ikut jihad sekalipun ia adalah seorang yang
buta, ia berjihad dengan membawa panji. Begitu pula dengan Amr bin Al-Jamuh
yang pincang kakinya, ia begitu menangis saat ia diberi toleransi untuk tidak
ikut berjihad bersama para mujahidin. Bahkan ia berkata “Sungguh aku berharap aku bisa menginjak surga dengan kakiku yang
pincang ini”. Akhirnya ia ikut berjihad hingga terbunuh.
*******************************************
Salah
satu aksi keteladanan adalah tentang berinfak. Nah ini point tentang isu
berinfak dihadapan para adik-adik.
Dalam
Shahih Bukhari Kitab Fath Bari hadits ke 851. Imam Bukhari meriwayatkan bahwa
ada hadits dari Uqbah yang berkata “Aku
mengerjakan sholat ashar dibelakang nabi, setelah mengucapkan salam, beliau
terburu-buru berdiri dan berjalan melewati pundak kamu muslimin untuk pergi ke
salah satu bilik istri beliau. Lalu beliau keluar menemui mereka dan melihat
mereka kaget dengan sikap beliau. Rasul bersabda “Aku ingat ada sedikit emas
ada dirumahku dan aku khawatir ia menahanku. Karena itu aku suruh agar emas itu
dibagikan”.
*******************************************
2.
Lembut
Pesan
Ibu Taimiyah dalam buku profil murabbi ideal karangan Abdul Hamid Al-Bilali ini
bahwa kepada para calon dai, hendaklah kalian harus:
1. Tahu/faham (berilmu)
2. Lembut:
a. Ketika berdakwah
b. Kepada ahli kitab
c. Kepada orang bodoh
d. Lembut memberikan tugas
3. Sabar
*******************************************
Dalam
point lembut dalam berdakwah ini ada sebuah ungkapan yang diucapkan oleh Ibnu
Alqayyim r.a: “Yang paling ajaib adalah
anda mengenal Allah tapi anda tidak mencintainya, anda mendengar penyeru kepada
kebaikan lalu anda terlambat meresponnya. Anda tahu besarnya keuntungan
berinteraksi denganNya tapi anda berinteraksi dengan selain Dia. Anda tahu
besarnya kemurkaanNya tapi anda justru mempersiapkan diri untuk dimurkaiNya,
anda merasakan sakitnya terisolir karena bermaksiat kepadaNya kemudian anda
tidak berusaha mendekat kepadaNya dengan jalan taat. Anda merasakan getahnya
hati ketika membicarakan selain Dia lalu anda tidak tertarik untuk lapang dada
dengan dzikir dan bermunajat kepadaNya, anda merasakan siksa ketika hati
lengket dengan selain Dia tapi anda tidak lari sedikitpun menuju kenikmatan
menghadap dan kembali kepadaNya. Lebih aneh lagi, anda tahu bahwa anda harus
mendapatkan apa saja dariNya dan sangat membutuhkanNya, tapi anda berpaling
dariNya dan senang dengan apa saja yang menjauhkan anda dari-Nya” itu
sangat aneh.
*******************************************
Masalah
kejenuhan dalam menjalani dakwah itu juga pernah terjadi pada masa lalu. Murid-murid
Ibnu Mas’ud pernah memberikan ucapan bahwa mereka ingin diajari oleh gurunya
(Ibnu Mas’ud) setiap hari. Akan tetapi dengan sarat sang guru menjawab “Aku tidak bisa memenuhi kalian, sebab aku
tidak ingin membuat kalian jenuh. Aku mencari waktu yang tepat untuk memberi
nasihat kepada kalian, sebagaimana rasulullah memilih waktu yang pas untuk
memberi nasihat kepada kami karena khawatir kami mengalami kejenuhan.
*******************************************
Cobaan
terjadi agar pelaku jalan dakwah tegar berada di jalan dakwah, setelah itu
mereka tidak boleh berleha-leha, apapun kondisinya “Sayyid Quthb”
Contoh
lembut terhadap orang bodoh adalah ketika ada seorang arab dusun kencing di
sudut masjid, lalu para sahabat membentaknya, namun rasulullah dengan
kelembutannya melarang sahabat membentaknya, selesai kencing, para sahabat
diminta untuk menyiramkan air ke tempat kecing tadi. Sementara orang arab dusun
tadi melakukan perilakunya karena kebodohannya.
*******************************************
3.
Hobi Mengokohkan Hati
Hati menjadi keras karena porsi berikut ini
berlebihan: makan, tidur, bicara dan bergaul. Perumpamaan hati yang keras itu
menurut Ibnu Alqayyim adalah lebih keras dari tambang bumi, tidak bisa
dilelehkan oleh panas bumi selain panas neraka.
*******************************************
Seorang
tabi’in mulia, Al-Hasan Al-Bashri pernah mengatakan” Hai manusia, aku menasehati kalian kendati aku bukan orang paling baik
dan shalih di antara kalian. Buktinya, aku seringkali mendzholimi diriku
sendiri, tidak bisa mengendalikannya, dan tidak membawanya untuk taat kepada
Tuhannya. Namun jika seseorang mukmin tidak menasehati saudaranya, kecuali
setelah mampu mengendalikan diri, tentu tidak ada orang yang memberi nasehat
kepada orang lain, dai langka, tidak ada orang yang mengajak orang lain kepada
Allah, menganjurkan mereka tata kepadaNya dan melarang mereka melakukan
kemaksiatan. Pertemuan sesame orang yang punya hati nurani, dan nasihat sebagai
orang mukmin kepada sebagian yang lain, itu menghidupkan hati orang-orang yang
bertaqwa, mengingatkan mereka dari lalai dan melindungi dari lupa. Hendaklah
kalian selalu berada di majlis-majlis dzikir, barangkali ada satu kata yang
bisa didengar dan hal sepele yang bermanfaat” (Al-Hasan Al-Bashri Hal. 90).
*******************************************
Dikisahkan
bahwa Al-Mahdi melaksanakan ibadah haji, iapun memasuki Mesjid Nabawi dan orang
melihatnya berdiri, kecuali seorang saja yaitu Ibnu Abu Dzi’b. Orang-orang
menyerunya “Berdirilah, ada amirul mukminin”. Maka dengan tegar dan percaya
diri ia berkata “Manusia hanya boleh
berdiri kepada Tuhan seluruh Makhluk”. Al-Mahdi pun meminta agar ia
dibiarkan duduk dan mengatakan “ Aku merasakan semua rambut kepalaku berdiri
merinding” (Diambil dari buku Tadzkiratu
Al-Huffaz).
*******************************************
Kebersihan
hati menandakan kebersihan misi. Coba simak kutipan kisah berikut ini.
Umar
bin Abdul Aziz berkata kepada Sulaiman bin Abdul Malik “Wahai amirul mukminin, dipintu itu ada orang yang punya kearifan dan
perkataan berbobot”. Suruh dia masuk.
Lantas
orang arab dusun itu diminta masuk dan diminta menyampaikan hajatnya. “Aku berasal dari kabilah Abdul Qais bin
Afsha. Wahai amirul mukminin aku ingin bicara kepadamu dan terimalah
perkataanku kendati tidak engkau sukai, karena ada manfaat yang engkau minati
jika engkau menerimanya. Wahai amirul mukminin, engkau dikelilingi orang-orang
yang membeli duniamu dengan agaman mereka dan keridhaanmu dengan kemurkaan
tuhan mereka. Mereka takut kepadamu di jalan Allah dan tidak takut kepada Allah
di jalanmu. Mereka meruntuhkan akhirat mereka dan membangun dunianya, mereka
perangi akhirat dan mencari tangga dunia. Karena itu jangan engkau berikan
kepercayaan kepada mereka di kepercayaan yang diberikan Allah kepadamu. Engkau
dimintai pertanggungan jawab atas mereka, namun mereka tidak dimintai
pertanggungjawaban atas tindakanmu. Dunia mereka tidak membaik dan kerusakan
akhiratmu. Orang paling rugi adalah orang yang menjuali akhiratnya untuk dunia
orang lain”. Lalu setelah penyampaian ini, Sulaiman bin Abdul Malik
bertanya “Apakah engkau memiliki keperluan untuk dirimu sendiri?” dengan tugas
arab dusun itu menjawab “Tidak ada”.
*******************************************
Burung yang sayapnya patah
Ibrahim
ibn Adham, seorang zuhud pernah memberikan penguatan hati kepada saudaranya
Syaqiq bin Ibrahim Al-Balkhi. Ia menanyakan kenapa syaqia berubah terisolir
dari dunia, focus ibadah dan berhenti bekerja. Syaqiq menjelaskan bahwa ia
melihat burung yang sayapnya patah, da nada burung yang satu lagi datang dengan
membawa belalang di paruhnya. Akupun memutuskan untuk seperti ini. Ibrahim ibn
Adham menyampaikan “Kenapa engkau tidak
menjadi burung yang sayapnya utuh dan memberi makan kepada burung yang sayapnya
patah, agar posisimu lebih baik dari burung yang sayapnya patah. Apakah engkau
tidak pernah mendengar sabda rasulullah saw bahwa tangaan di atas lebih baik
baik daripada tangan dibawah?”. Maka diantara ciri orang beriman ialah ia
mencari derajat paling tinggi di semua urusannya, agar ia mencapai peringkat
orang baik-baik. Ini dibuktikan oleh syaqiq, mendengar perkataan itu, syaqiq
memegang tangan Ibrahim ibn adham dan mencium sembari berkata “Engkau sekarang
menjadi guruku”.
Khaulah binti Hakim (pernah menyampaikan sesuatu
kepada umar) Khaulah adalah wanita yang ucapannya didengar Allah dari atas langitNya.
*******************************************
4.
Merasakan Kesertaan Allah.
Point
ini adalah ketika kita selalu merasa bahwa Allah selalu bersama kita. Kita akan
kuat saat kita yakin Allah bersama kita. Imam Ahmad tegar ketika fitnah Alquran
itu makhluk sedang bergejolak. Ia dikuatkan oleh seorang arab dusun yang menyampaikan
bahwa tetaplah dengan ketaatan kepada Allah. Bila engkau (Imam Ahmad) mati maka
engkau syahid, namun bila masih hidup
maka hidupmu mulia Imam Ahmadpun merasa tegar ketika ia menerima
cambukan/hukuman dari penguasa saat itu.
*******************************************
Begitu
juga dengan kisah Musa as dan kaumnya, ketika sudah terkepung dari kejaran
pasukan firaun yang beringas dan tanpa belas kasihan, Musa as tetap tegar
dengan meyakini bahwa Allah bersamanya, sementara kaumnya sudah panik jikalau
mereka akan segera tersusul oleh firaun. Namun dengan bertahannya keyakinan
akan pertolongan Allah, maka muncul mukjizat yang akhirnya menjadi jalan
selamatnya Musa as dan kaumnya.
*******************************************
Medan, 14 Oktober 2019
Sekian
catatan dari saya, semoga bisa bermanfaat. Lebih
dan kurang/khilaf saya mohon maaf dan mohon ampun kepada Allah.