Rabu, 19 Februari 2020

Akhirnya Pernah ke Tanjung Balai

Bismillah,
[09 Februari 2020]

Awalan
Aku mulai ceritanya dari tanggal 08 Februari 2020, dimana aku sudah ambil mobil ambulance duluan untuk jalan - jalan 😅 sekalian mengantar ambal ke daerah Binjai dan Stabat (halah, alasan).
Sebenarnya, rencana awal aku tidak berangkat sendiri, ada si Boang Manalu yang pengen ikut, namun tak kunjung datang khabarnya sampai aku memutuskan untuk berangkat sendiri saja.

*****************************************************************

Setelah selesai mengantar ambal, maka aku putar balik menuju binjai. Yah, sebenarnya masih mau jalan-jalan dulu sembari nyari tempat makan. Jalan-jalan kan enaknya kalau ada makannya juga. wkwkwwk.
Namun aku memilih untuk makan didaerah yang searah dengan jalan menuju binjai. Aku makan di sebuah warung yang sebelumnya sudah kulihat ramai pengunjung, saat menuju Stabat. Rumah makan minang, wkwkwkwkwk
Jauh-jauh kemari, makanya di rumah makan minang.

*****************************************************************

Sehabis makan, aku pesankan satu ikan bakar buat si kucing dan berangkat menuju Binjai. Di Binjai, kegiatannya adalah ngecek bibit ikan nila. Yah, rencananya kami mau beli ikan nila di daerah sana. Kedatanganku dimaksudkan untuk mengangkut barangnya dari tempat pembibitan ke kolam di daerah johor. Namun, ternyata bibit yang diinginkan belum ada, sehingga aku kembali menuju medan dengan tanpa membawa apa-apa dan sendirian......

*****************************************************************

Okelah, setelah sholat ashar di Mesjid Agung Binjai, aku kembali beranjak menuju Medan. Sampai di rumah itu sudah menjelang maghrib. Setelah sholat dan segala macam sampai isya, aku belum bisa istirahat full. Hapeku berbunyi, ada yang ngajak untuk diskusi. Tapi aku lupa apa topik yang kami bahas malam itu, pokoknya kami diskusi sampai larut malam, hampir menjelang jam 23.30. Selesai diskusi kami pulang. Sesampainya di rumah, aku teringat dengan mobil ambulance yang belum ku kembalikan ke asalnya. Ya sudah, badan agak lelah jadi besok pagi saja dikembalikan. 
Aku memilih istirahat dan memarkirkan mobil dihalaman depan rumah dan kemudian istirahat, tidur.

*****************************************************************

Tok..tok...tok, bang.....ada yang nyariin
Aku kaget dan bangun........
Segera aku keluar dari kamarku dan bertanya ada apa? Aku bingung dan heran tentunya. Jam 4.30 pagi sudah ada yang nyariin. Aku berfikir ada maling, atau ada yang hendak nginap atau entah apa. Dengan mata yang masih kabur, aku menuju ke depan dan bertemu dengan orang yang mencari. 
Oh ternyata tetangga sebelah, mereka kemalangan. Salah satu anggota keluarganya meninggal dunia dan harus dibawa ke Tanjung Balai.
" Ya Allah, kok nggak tadi malam aja kukembalikan mobil ini, fikirku....hahaha"
Tapi ya sudah, selama masih baik dan benar, lakukan.

*****************************************************************

Awalnya aku menolak dengan berbagai alasan, namun yah begitulah.
Mereka meminta untuk langsung berangkat atau siap sholat subuh juga tidak masalah, namun aku menolak. Karena aku sudah ada janji untuk ikut serta dalam pernikahan adik ipar temanku, selain itu pada hari yang sama kami juga harus melaksanakan grand opening rumah belajar sejak pagi.
Sementara ini mobil tidak boleh dibawa oleh sembarang orang.
Nanti ya pak saya konfirmasi lagi, habis shubuh. Ucapku.

*****************************************************************

Sehabis subuh Aku pun segera menghubungi pengelola ambulan dan confirm. Kemudian menghubungi temanku supaya agendanya tepat waktu. Agar aku bisa segera berangkat.
"Dokter, agendanya pas jam 8 kan?' Begitu kira-kira kutanyakan melalui WA. Tidak berapa lama, dia menjawab kalau kegiatannya di undur ke 8.45-09.00. Aku menjelaskan bahwa sebisa mungkin aku harus berangkat ke Tanjung Balai karena ada suatu hal. Segan dong kalau saya yang batalin. Pada akhirnya, dia memutuskan agar saya jalan ke Tanjung Balai saja, sementara untuk agenda pernikahan, aku bantu cari teman yang bisa menggantikan, sementara opsi terakhirnya adalah dia sendiri. Yah, aku sudah lumayan tenang dan tidak perlu sibuk mencari pengganti. Karena sudah ada opsi terakhir. wkwkwkwkwkwk.
Hal yang harus dipastikan selanjutnya adalah persiapan grand opening rumah belajar. Sekitar jam 08.15, Aku sudah bisa bergerak keluar rumah. Menghidupkan mobil, bergerak mengisi bahan bakar full tank, sembari membeli konsumsi kegiatan rumah belajar, membeli sarapan, kemudian kembali ke rumah dan bersiap-siap. Setelah konsumsi rumah belajar sudah diturunkan dan aku pastikan bahwa kegiatan grand opening bisa berjalan, maka aku sarapan sejenak didalam mobil dan kemudian bergerak menuju rumah duka.

*****************************************************************

Sesampai di rumah duka, aku buka pintu belakang dan memberi kode supaya jenazahnya (a) segera dimasukkan. Maklumlah, mereka minta kalau bisa sebelum zuhur sudah sampai, sementara aku tidak tahu rutenya bagaimana. Aku belum pernah kesana.
Sembari menunggu, aku berdoa-doa, menghibur diri. Ketika sedang dalam keadaan seperti itu, aku melihat si (a) sudah dibopong untuk dihantar ke dalam mobil. Aku membantu mendorong agar tidak salah posisi. Dan waw, aku sedikit kaget ketika aku melihat wajah si (a) yang tidak ditutup. Bisa bayangin gimana rasanya? wkwkwkwkwk.
"wih, pak jangan gini dong pak, ditutup wajahnya pak, jangan gini. Ambilkan kain panjang pak"Begitu kira-kira arahanku saat melihatnya. Dalam hatiku berkata "Kalau gak ditutup, aku bisa lihat dari depan melaui cermin". wkwkwkwkwkwkwkk.

Akhirnya, kami sudah ready berangkat, lampu kuhidupkan dan sirini kukencangkan dan cuss, menuju tanjung balai via toll.

*****************************************************************




Diperjalanan
Di dalam mobil, kami ada 5 orang termasuk si A. Ada pak legino yang duduk paling depan sekalian penunjuk arah. Kurang lebih satu jam, kami sudah keluar dari tol melalui gerbang tebing tinggi. Memang sih, secara umum aku tau arah tanjung balai itu kemana. Karena jika aku pulang kampung menggunakan bus, maka kami melewati pertigaan Tanjung Balai tersebut (Simpang Kawat). Namun, si bapak mengarahkan agar melewati jalan kota tebing tinggi alias ambil jalan lurus. Asumsinya bahwa jika lewat mengikuti jalan yang satunya, maka akan macet karena adanya truk dan bus. Okelah aku turuti, toh beliau yang tau jalannya. 
Aku tetap menjaga agar kecepatan mobil tetap stabil namun agak sedikit cepat. Sampai menemui lampur merah di persimpangan. Aku bertanya kemana arahnya, lurus atau belok. si Bapak bilang lurus terus sampai kalau tidak salah sudah melewati 2 atau 3 lampu merah. 
Sebenarnya aku sudah merasa kalau jalannya sudah ndak betul, tapi ketika kutanya apakah benar atau tidak. Mereka bilang terus saja.
Sampai akhirnya aku nyeletuk. "Pak, ini kalau lurus terus kita dah sampai siantar" dan waw.
Akhirnya mereka kaget dan tersadar. Kami salah jalan. wkwkwkwkwk
"Ini gimana sih, gak tau ya yang dibawa ini apa, bukan makanan tapi si (a)" fikirku.
Kami putar balik dan aku memutuskan mengikuti pilihanku dan tidak bertanya dulu. 
Akhirnya, kami berada pada jalan yang benar.
Perjalanan kami lumayan lancar karena sirine kuhidupkan dengan keras, lampu depan juga kuhidupkan dan pastinya gak mau ngalah dengan kenderaan lain. Asalkan tidak menghajar lobang atau nyenggol, karena bisa-bisa saat itu kami ikut nyusul si (a) atau dia bangun dan nyapa kami. Kan ngeri....😅😅😅
Alhasil, kami sudah memasuki kota tanjung balai sekitar jam 11.40

*****************************************************************

Tidak berapa lama dari kota, kami sudah mendapati jembatan. Aku tak tau nama jembatannya. Namun saat melewati jembatan itu, aku langsung teringat dengan temanku. Namanya Sutan. Kami pernah berdiskusi soal jembatan terpanjang, dan dia menyebutkan bahwa panjang jembatan ini hampir sama dengan panjang jembatan yang ada di Palembang, katanya. Meski bedanya hanya beberapa meter saja.
Diujung jembatan, sudah ada keluarga si (a) yang menunggu. Ternyata rumahnya berada tidak jauh dari jembatan ini. Habis dari jembatan, aku langsung banting setir ke kiri, memutar 180 derajat dan memasuki jalan desa ke arah rumah duka di daerah sei nangka.
Dengan terpaksa dan sabar, aku harus membawa mobil dengan pelan, karena jalanan yang bergelombang, berbatu.
Sampai akhirnya kami sampai dan si (a) langsung di turunkan dan dibawa entah kemana. Aku sudah tidak mengikutinya karena butuh istirahat dan juga lavar....

*****************************************************************

Setelah istirahat sejenak, kami makan meski aku merasa tidak selera. Maklumlah, masih kurang pede makan ikan laut gegara isu si babi, padahal yang kupilih adalah daging ayam. Tapi ya begitulah.
Sehabis makan, aku minta difotokan disamping sungai besar ini dan kemudian kami sholat berjamaah zuhur di musholla terdekat dan akupun pulang. Keluar dari sei nangka, aku masih bersama dengan pak legino. Hal ini dikarenakan aku tidak jalan keluar. Bisa-bisa salah belok nyampenya ke laut. wkwkwkwkwkwk.
Natural
Aku dituntun sampai ke jembatan terpanjang tersebut. Sesampainya disana maka kami berpisah dan aku pulang, SENDIRIAN......

*****************************************************************

Tanjung Balai
Karena sudah sampai di Tanjung Balai, aku fikir saya dong kalau langsung pulang. Maka aku hubungi orang yang bisa kuhubungi saat itu, termasuk si dia (yang lagi ngeduren), meski bukan orang tanjung balai. Kuhubungi sabki, adik kelasku yang tinggal didaerah sana. 
Aku memintanya untuk menunjukkan dimana tempat makan atau tempat minum yang enak. Awalnya aku berfikir untuk minum di atas jembatan itu saja. Toh banyak pedagang kami lima yang berjualan minuman di atasnya. Namun karena nggak recommended, maka aku ikuti pilihan yang lebih tau. Sebagai tanda aku sudah sampai, aku memilih difoto saat berada di jembatan. Meski tidak ada penanda bahwa itu jembatan tanjung balai. 😉

Kamipun beranjak menuju Pasar Kawat II, disini katanya ada es campur enak.
Karena kami cuma bedua, ya jadi pesannya cuma dua porsi saja.



Di tempat ini, sepertinya hanya ada minuman saja, tidak ada tanda-tanda makanan enak. Kapan-kapan kalau ke Tanjung Balai lagi, kamu kubawa kemari buat nyicipin rasanya. in syaa allah.
https://www.google.com/maps/place/2%C2%B058'04.3%22N+99%C2%B048'20.9%22E/@2.9678524,99.8036027,17z/data=!3m1!4b1!4m5!3m4!1s0x0:0x0!8m2!3d2.9678524!4d99.8057914?hl=en
yang kulihat, menunya ada es campur, kolding as kolak dingin, pokat kocok, kelapa muda dan sebagainya. Termasuk air putih, wkwkwkwkwkwkw.

Sehabis istirahat sejenak disini, aku meminta untuk ditunjukkan dimana rumahnya sabki. hihi. Biar sekalian aku bisa istirahat sejenak. Penat juga rasanya karena bangun-bangun dikagetin, trus harus mikir kegiatan dan kemudian langsung jalan. Di Jalan mata harus fokus non stop.

Akhirnya, aku bisa singgah dirumahnya yang berada tidak jauh dari Pasar Kawat II ini. 

*****************************************************************

Sehabis istirahat dan disuruh makan lagi di rumah sabki (omg, padahal aku butuhnya tidur, akhirnya makan tak jadi tidur). Aku siap-siap menuju tempat selanjutnya.
Kuhubungi abang sepupuku segera dan mengabari aku akan singgah di rumahnya. Ternyata lokasi rumahnya tidak begitu sulit ditemukan. Tidak jauh dari kantor BPJS Kota Tanjung Balai.
mmmm, sampai di sana aku istirahat kembali, berbicara panjang lebar segala macam. Maklumlah kami jarang sekali berjumpa dan aku belum pernah ketempatnya sejak dulu. Padahal keluargaku yang ,lain sudah berkunjung kerumahnya lebih awal.
Sehabis sholat ashar dan berjumpa dengan Nayla (anaknya), aku pun beranjak. wkwkwk tujuan utamanya sebenarnya itu, jumpa si kecil nayla.

*****************************************************************

Pulang
Waktu sudah sore, mataharipun sudah mulai tenggelam, sudah mulai gelap sementara di dalam mobil aku sendirian.
Jika AC kuhidupkan, maka kaca harus ditutup semua dan didalam hening sehingga aku berfikir aneh-aneh. wkwkwkwwk
Jadi tiap sebentar buka kaca.
Kecepatan mobil tidak bisa disamakan dengan sebelumnya, aku sendirian, jalanan juga lebih macet dan gelap.

Aku sholat maghrib sebelum memasuki tol tebing tinggi, di daerah Indra Pura (daerahnya si MTS, namun pas ditelfon dia ada disiantar, makumlah pengantin baru).
Sehabis sholat maghrib aku langsung bergerak menuju Medan melalui tol tebing tinggi-amplas.
Baterai hapeku sudah habis sejak hendak menunaikan sholat maghrib.
Didalam tol, kaca mobil lebih sering aku biarkan terbuka supaya aku lebih nyaman. hahahaha

*****************************************************************
Oh iya, jika melewati jalan tol, saat ini sudah ada rest area yang bisa digunakan oleh pengendara untuk istirahat, isi bahan bakar, beribadah, mandi, makan dan tentunya, foto-foto...
Aku sudah mencoba sekali, buruan yang belum pernah, mumpung kamar mandinya masih okay.😁

*****************************************************************

Penghabisan
Alhamdulillah, hari ini aku sampai di Tanjung Balai.
Juga sampai Medan dengan selamat sekitar 21.30 malam.

*****************************************************************

Memang tidak ada kutulis, namun aku ingin sekali untuk menginjakkan kaki di Kabupaten/Kota yang ada di Sumatera Utara ini, entah bagaimanapun caranya.
Mudah-mudahan Nias, Phak-Phak dan Gunung Sitoli segera tersusul. 😉

*****************************************************************

0 komentar:

Posting Komentar

Terima kasih.