Buku ini menjadi salah satu buku yang sangat menginspirasi bagiku.
Buku ini sebenarnya pernah kutawarkan untuk dibaca, namun mungkin karena ada buku lain yang sudah direncanakan harus segera tamat, maka ada sedikit kendala.
Oh iya, buku ini juga sudah pernah kusampaikan pada acara Daurah sekitar tanggal 2-3 November 2019 lalu.
Aku tidak tahu pasti apakah materi yang kusampaikan itu mengena atau tidak, yang penting aku memang ingin sangat dan sangat, agar inspirasi buku ini bisa dirasakan oleh orang lain, selain aku.
Ya, lebih tepatnya selain aku itu ya kamu, dan yang lainnya.
************************************************
Hal yang paling kuingat tentang buku ini adalah bagaimana penulis mengajarkan kita membuat sebuah tujuan itu menjadi berarti. Kalau membuat tujuan itu, pastikan engkau bisa menjawab tiga pertanyaan dasarnya. Ini saya tuliskan dibawah ini pertanyaan tersebut:
1. Apa manfaatnya bagi kamu bila kamu mendapat tujuan itu atau menjadi yang kamu tuju? tuliskan.
2. Siapa lagi penerima manfaatnya selain kamu, jika tujuan/cita-cita itu tercapai olehmu? tuliskan... semakin banyak penerima manfaat, maka tujuanmu itu besarr.
3. Bisa tidak tujuan/cita-cita itu dibanggakan dihadapan Allah/membawa kita ke surga? jawab dan tuliskan....
************************************************
Pertanyaannya singkat, namun bagiku itu sangat mengena dan membuatku sedikit merubah keinginan agar dapat menjawab tiga pertanyaan itu.
************************************************
oke, agak oot.
Aku teringat dengan keinginan untuk menjadi A, dengan alasan ini dan itu.
Sebenarnya aku ingin menjelaskan ketiga pertanyaan itu padamu juga pada beberapa orang yang kurasa perlu untuk dijelaskan, namun entah kenapa aku urung.
Nanti saja, toh dia tau juga kayaknya harus lurus karena Allah dulu yang paling utama, dakwah yang paling utama, keridhaan allah yang paling kita cari πππ.
Baru kemudian hal-hal lain soal kebebasan, keleluasaan, kelapangan, kemudahan dan sebagainya yang sifatnya yaa duniawi.
Bukan berarti tidak ada visi duniawi,
Buku itu justru mengajarkan kita juga menyusun tujuan duniawinya, namun tujuan itu harus dapat menjadi sumber kebaikan bagi kita dan orang lain.
************************************************
Dibawah ini, aku juga mencoba untuk pastekan coretanku saat membaca buku itu, bukan resensi atau ringkasan, hanya beberapa hal yang kucatat kembali, sehingga ketika aku melihatnya, aku ingat kembali apa maksudnya.
Ini buat kamu, juga buat yang lain.
Para aktivis dakwah.
Kita tetaplah da'i, sebelum menjadi apa-apa.......
π
************************************************
ON….
Dalam hidup ada masalah dan kita
selalu ingin bisa menyelesaikan masalah, baik keuangan, jodoh, pekerjaan dan
keluarga. Jika kita menekan tombol ON, maka in syaa allah kita sudah
menyelesaikan segudang masalah. Pertanyaannya.. Bagaimana menekan tombolnya?
Setiap hari ada perubahan, siap tidak
siap, mau tidak mau. Perubahan akan selalu dihadapi, dan kita harus ON terus
dan tentunya Move On kea rah yang lebih baik, tanpa melupakan idealisme.
***************************************
Hari ini saya mencoba menyampaikan
secara singkat tentang buku ini. ON karangan Trainer keren Jamil Azzaini.
Mungkin teman-teman bisa memperhatikan bagus-bagus wajah yang di layar, siapa
tau ada yang kenal, tetanggaan atau mungkin malah oomnya.
Okey teman-teman
Kita harus bergerak, berubah,
beradaptasi dengan tetap menjaga idealisme yang kita miliki.
Jika harus menggonggong, kita bisa
tanpa harus menjadi anjing. Berkicau tanpa harus menjadi burung, mengaum tanpa
harus menjadi singa. Kita tetaplah manusia, dai yang menyeru kepada kebaikan
dan mengharapkan keridhaan allah sepanjang hidup, meskipun telah keluar dari
dunia kampus. In syaa allah
***************************************
Okey,
Pertama, penulis membuat kata kunci
Move On.
Apa itu move on? Move on itu artinya
berpindah, bergerak. Tentunya kita sebagai seorang muslim bergeraknya ke arah
yang lebih baik, lebih tinggi, berkelas, bermartabat. Ingat ya: ke arah yang
lebih baik, lebih tinggi, berkelas, bermartabat. Intinya selalu berusaha
menjadi lebih baik.
Kalau kita saat ini sedang galau yang
sangat luar biasa, mungkin karena hutang menumpuk, keuangan terpuruk, keluarga
sedang remuk, setiap hari cekcok dengan saudara, malas-malasan beraktivitas,
bingung mau ngapain, bisnis masih stagnan, target tak tercapai. Itu tandanya
kita harus segera move on.
***************************************
Haha, saya nggak ngalamin tuh yang
kayak tadi, buktinya hidup saya enak-enak saja, enjoy, selow kayak di pulo,
santai kayak dipantai. Ngapain move on.
Noo, dunia akan selalu berubah, tubuh
selalu berubah meski kita kita sadar dan anda tahu? Anda dan saya tidak bisa
menghentikan perubahan. Bahkan kalau prof renal kasali dalam bukunya malah
makin menegaskan Ayo berubah…lets change…. Move-on memang belum pasti kita jadi
lebih baik, tapi kalau tidak move on, tidak akan pernah kita menjumpai adanya
perbaikan… Ayo move on.
Move on itu dibutuhkan oleh siapapun
orangnya, anda, saya mereka dan siapapun yang menginginkan keberadaannya di
dunia ini tidak sia-sia.
***************************************
Hidup ibarat seperti mengayuh sepeda,
untuk membuatnya seimbang kita harus move on, itu kutipan dari kata-kata albert
einsten ya. Bila berhenti mengayuh, sepeda akan jatuh. Bila anda tidak berubah,
dunia akan tetap berubah dan nasib anda tertinggal bahkan menjadi barang
rongsokan…
Ayo berubah, karena hidup itu cirinya
juga berubah dan bertumbuh, bila tidak berubah maka kita mati. Memang jasad
kita masih hidup tapi kehidupan kita sudah mati menunggu jasad menyusul masuk
kedalam perut bumi.
Ketika terbiasa dengan rutinitas, kita
mulai terjebak seperti robot, bekerja tak perlu lagi berfikir padahal kita
memiliki akal dan bahkan tidak menggunakan nurani. Saat itulah kehidupan mulai
mati, meskipun orang masih melihat kita sebagai makhluk hidup.
***************************************
Jamil Azzaini ada menyebutkan tipe
orang itu dengan sebutan monkey see monkey do. Orangnya kopi pasti, meniru
generasi sebelumnya/seniornya dan sangat takut melakukan terobosan baru.
Khawatir melanggar tradisi. Akhirnya, meski kita pekerja keras, loyalitas tak
terbatas. Namun ternyata kita tidak mampu bersaing dengan mereka yang sudah
mulai berkapasitas.
Ayo…kita harus move-on. Mulai hari
ini. Kita harus move-on.
***************************************
Buku ini mengajak kita untuk move on.
Singkatnya ada dua hal besar yang perlu kita lakukan untuk move on. Yaitu
mendeteksi diri apakah kita sudah mengalami perubahan positif yang signifikan
atau malah sebaliknya. Kemudian kita juga harus men-set up ulang diri kita
secara perlahan untuk move on secara keseluruhan..
Bagaimana kita mendeteksi diri? Buku
ini mengarahkan kita untuk menggunakan empat ON sebagai alat deteksi yang
efektif.
***************************************
Mendeteksi diri itu bisa dengan empat
ON, vision, action, passion and colaboration
***************************************
Pertama Visi-ON
Apa itu visi-on? Kira-kira seperti
bintang, dilangit itu ada banyak bintang. Diantaranya pasti ada yang paling
terang. Dalam hidup ini kita punya banyak keinginan, dan pasti ada keinginan
yang paling besar. Nah, itulah gambaran singkat vision. Kita harus menemukan
vision hidup itu agar bahan bakar dan energy perubahan/pergerakan kita ada.
Tanpa visi, anda tidak tahu harus berbuat apa toh? Anda bepergian namun tak
punya tujuan. Akhirnya hanya berputar-putar tanpa arah. Bila adapun resolusi
tahunan, itu hanya sebatas membuat dan mendeklarasikan tanpa ruh tanpa
penjiwaan. Al hasil, semangat hanya di awal dan hasilnya juga tidak dapat
memberikan kebanggaan dan itu……terjadi berulang sepanjang tahun.
***************************************
Vision itu the real destination. Coba
bayangkan kalau seorang nahkoda tanpa ada tujuan pelabuhan, ia malah bisa
celakan, dirompak, menabrak orang, kehabisan bahan bakar bahkan hal yang lebih
parah.
Hidup juga seperti itu, pribadi harus
ada visi, keluarga harus ada visi, pekerjaan harus ada visi dan daalam setiap
aspek kehidupan hanyalah untuk mencapai tujuan abadi yang sesungguhnya. Apa
itu?
Ya…tepat…itu dia… jannatun naim,
keridahaan allah. Hidup ini ini pada
hakikatnya adalah untuk menuju kehidupan yang abadi. Jadi sekarang kita sudah
dapat sedikit gambarankan? Pelabuhan terakhir kita adalah surga. Hari ini
yuk kita pastikan kalau vision kita, semua hal yang kita miliki sekarang ini
tidak menjadi beban kita saat pulang menuju destinasi kita. Tapi tentu menambah
bekal…
Bila visi kita hanya keduniaan,
perjalanan kita berarti masih setengah, dan tentu kita semua tidak mau berhenti
hanya sampai separuh, kita hendak sampai akhir. Rugi sekali kalau tujuan kita
hanya sebatas kurang dari 100 tahun kan? Hidup di pelabuhan/kampong akhirat itu
tidak hanya 100, 1000, sejuta tahun tapi selama-lamanya.
Mana sebenarnya puncaknya? Bukan
berarti kita tidak boleh memiliki itu semua. Tentu saja boleh. Namun kita
pastikan seperti tadi. Itu semua adalah be?kal.
***************************************
Ingatkan dengan Al-fatih?
Sahabat itu susah lelah
Al-ahzab-perang khandaq-salman
mengusulkan penggalian parit sebagai trap, dengan P 8 Km, L 5 K, T 3 meter,
bisa bayangin? Dalam kerja keras itu mereka ndak ngeluh. Eh malah ada yang
nanya ya rasul, kota mana ni yang kita taklukan dahulu? Yang Heraclius. Dan
visi jangka panjang yang dikirimkan rasul adalah penaklukan konstatinopel dan
visi inilah yang turun temurun sampai pada kisah m. alfatih.
Sodara-sodara. Kita harus menyusun
vision kita dari sekarang, visi dunia dan visi akhirat.
***************************************
Contoh visi akhirat:
Penulis punya visi akhiratnya itu
seperti ini:
Ya allah, aku ingin memeluk Muhammad
saw, maka pantaskan diriku. Bimbing diriku ke jalan yang engkau ridhai, bukan
jalan yang engkau murkai
Visi dunia: itulah cita-cita anda hari
ini.
***************************************
So what gitu loh?
Coba, anda mimpinya apa? Goal besar
anda apa?
Mungkin hamper keseluruhan dari kita
punya mimpi Menyusun visi hendaknya jangan egois, misal aku ingin masuk surge
dan punya mobil mewah, rumah mewah, istri megah, anak soleha, pendapatan sekian
dan sebagainya?
Bagus? Tentu bagus, lantas jikalau
nanti anda sudah mendapatkan ini semua? So what gitu lo?
***************************************
Bukankah kita diajarkan untuk memegang
dan mengingat teguh 10 nilai atau muwashofat kader? Apa itu yang terakhir?.....
Ya, bermanfaat bagi orang lain kan?
Khairun nass………
Visi juga harus menghidupkan orang lain, mewujudkan visi orang lain, visi
orang tua salah satunya.
Kalau gak punya visi, coba kamu Tanya
tu sama orang tua apa mimpi mereka, dan wujudkan itu menjadi visi anda.
Ayuk, kalau sudah ada visinya,
hidupkan, deklarasikan, sampaikan dan bayangkan agar semakin bersemangat
menggapainya. Dan ingat….
***************************************
Hati2 dengan kata-katamu (pizaa)
Oh iya, teman2 . kita pastikan juga ya
supaya visi kita itu dapat menjadi hal yang dapat kita banggakan dihadapan
allah. Sadarilah, jika wujud visi itu untuk Allah, itu akan menjadi ibadah dan
allah akan membantu.
Untuk itu, coba pastikan kalau visinya
bisa menjawab 3 pertanyaan dasar ini:
***************************************
1.
Apa
manfaat untuk saya
2.
Siapa
lagi penerimanya
3.
Bisa
nggak visi itu membawa ke surga?
Deklarasikan agar orang-orang tahu,
dalam doa, membuat resolusi,
***************************************
On selanjutnya adalah Acti-ON.
Tentu mimpi tak cukup tanpa aksi,
sehingga kita juga harus punya acti-on. Tapi teman-teman juga harus tahu dan
ingat kalau kita punya waktu yang terbatas, maka harus ada skala prioritas
tentang mana hal yang harus kita lakukan dahulu dan mana yang tidak, mana yang
boleh dan mana yang tidak. Bahkan harus berani mengatakan tidak untuk action
yang menjauhkan dirinya dari vision.
Oke, setiap orang memiliki pengalaman
dan pertimbangan yang berbeda saat menentukan yang utama di antara yang setara.
Tapi hormatilah pilihan orang lain karena sama-sama berpahala dan sama – sama
tidak mendatangkan dosa.
Ketika menyusun action, biasakan
membuat skala prioritas sesuai hukum
allah, menyibukkan dengan hal wajib dan sunnah, sekali-kali melakukan hal
mubah, meninggalkan yang makruh dan menjauhi yang haram. Dalam seluruh aspek,
bukan hanya spritiual.
***************************************
Dan, kita usahakan untuk menjauhi
maksiat-maksiat kecil.
***************************************
Dalam action, kita juga harus
menyadari kalau waktu kita hanya sedikit.
***************************************
Ada slogan yang sering kita dengar
seperti ini,
***************************************
Teman-teman, buku ini pesan sama kita
kalau kerja itu jadilah expert.
***************************************
Action yang enak dan cerdas untuk
mencapai visi itu tentu kalau aksi kita itu sesuai dengan passion. Nah nambah
istilah on baru. Passion.
***************************************
Mengapa harus mengeluh di kantor? Bukankah
#BekerjaituIbadah dan ibadah itu tak boleh mengeluh
Orang rugi itu... kerja ngeluh terus....gaji
pas-pasan, kerjanya nggak ibadah pula
Agar bekerjaituibadah, maka jangan korup,
jangan culas, jangan ngeluh, apalagi mencaci teman rekan kerja
Orang hina itu meludah di sumur yang airnya
ia minum sendiri.
Kalau nanti sebel sama perusahannya, ya saran
saya ya keluar aja...
Coba kalau bekerjaituibada, gaji dapat,
pahala dapat. Apa nggak paten kali itu?
Agar bekerjaituibadah dan mengangkat derajat
kita, yuk kita berusaha kerja keras, kerja cerdas dan kerja ikhlas.
***************************************
Hanya orang-orang bodoh yang bekerja mengejar gaji dan penghasilan tak
seberapa, tapi ia mengabaikan pahala yang ada di dalamnya.
Bila anda sudah jatuh cinta dengan pekerjaan
anda, apa yang harus kita buat?
Asah dan belajarlah sungguh-sungguh sampai
kita menjadi expert.
Passion itu bukan hanya cinta, tapi bangun
cinta didalamnya. Yuk, temukan profesi yang benar anda cintai, anda rela
melakukannya hingga larut malam, anda hanyut dalam profesi itu.
***************************************
Nah, kalau gitu jika kita jatuh cinta dengan sang Maha Pencipta, bangun cinta
dengan selalu membawaNya kemanapun dan dimanapun.
***************************************
Ini passion ku nggak? Yuk coba jawab
pertanyaan ini:
1.
Apakah sangat menyenangi kegiatan tersebut?
Sering larut/enjoy enggak? Rela enggak jika tidak dibayar? Kalau ya, bisa jadi
itu
2.
Selalu ada progres kah? Kemampuan kita
meningkat enggak? Hasilnya naik nggak? Kalau ya, mungkin itu...
3.
Ada enggak pengakuan/apresiasi? Ada yang mau
bayar enggak? Kalau ya, maka tekuni profesi itu. Namun jika tidak, maka
keluarlah dari jalan itu.
Ingat, dahulukan to be daripada to have,
terus kenali diri dengan baik.
***************************************
Yuk,
the end of ON ni.
Dibanding sendirian, kolaborasi bisa membuat
tenaga yang dikeluarkan menjadi berkurang, hasil usaha menjadi berlipat dan
berkah melimpah, insyaa allah.
Berkolaborasi itu menjadikan allah sebagai
prioritas. Bukan maksiat bersama. Kedua dengan siapa anda berpartner? Jangan
dengan pengkhianat. Ketiga harus ada
simbiosis mutualisme.
Ingat ya, ini
saringan ketiga.