Hari
ini aku sedang sibuk. Persiapan sebuah agenda yang kabarnya dapat menghasilkan
manusia-manusia konseptor di lingkungannya memang sangat menguras waktu dan
pemikiran. Bayangkan, ketika dituntut untuk memodifikasi sebuah produk yang
belum pernah kita sentuh dengan seksama. Aku yang masih tabu dengan agenda ini
tentu saja membutuhkan pemikiran eksta untuk dapat memahami dan menerima feel agar totalitas bekerja. Namun, hari
ini Aku bukanlah hendak mengungkapkan kebingungan seputar rentetan rancangan
program tersebut. Hari ini, Aku hanya ingin berbagi seputar cerita tentang
pertemuan dan pertanyaan yang membuatku merasa tidak enak seharian.
Pagi
ini seperti biasa, panggilan agenda syuro’
harus dipenuhi dengan hati yang kuat. Godaan pagi untuk menikmati dingin
udara yang cocok untuk bermimpi harus dilawan mati-matian. Dalam perjalanan
menuju lokasi, dengan penerangan matahari dhuha yang amat menenangkan, Aku
melihar seoarang kakek tua dengan menjinjing 150 an bungkus kerupuk
dipunggungnya. Jalannya terengah-engah dan pincang, kaki sebelah kanannya
memang terlihat tidak normal dan tidak kuat. Aku berjalan perlahan di belakang
dan memperhatikan jalannya yang seolah ingin jatuh. Ketika mencoba melewatinya
dengan sepeda motorku, Aku mencoba menoleh ke arah si Kakek, dan Ohhh. Aku
sangat heran ketika melihatnya sudah oyong tepat setelah mendapatkan pohon yang
cocok untuk berteduh. Ia terduduk dan melepaskan jinjingannya sambil menarik
napas dalam-dalam. Ritme pergerakan parunya sangat-sangat tidak normal. Aku
memutar balik dan mengejar si Kakek, panik dan mencoba menenangkan.
Sebenarnya,
Aku bingung ketika sudah menghampirinya. Entah apa yang harus Aku lakukan.
Setelah menginterogasi, Aku pun tahu bahwa ia mengalami asma yang sedang kumat.
Spontan kutarik obatnya dari kantong bajunya, dan Oh.... obat itu kosong.
Akhirnya aku hanya bisa menenangkannya dahulu dan belum berani meninggalkan
sendiri.
Memang
cerita di atas belum menarik bagiku, karena itu adalah hal-hal biasa yang
dilakukan untuk seseorang yang memiliki kepribadian manusiawi. Anehnya, Aku
yang sebenarnya ingin menasehatinya agar istirahat sejenak dan diantar ketempat
tujuannya, kini malah berbalik. Ia yang
sudah jelas bagai jiwa yang ingin terbang mengucapkan dengan tersendat-sendat.”
“Nak,
hati bapak kuat, badan ini aja yang udah tua. Selama hati ini kuat, semua bisa
dijalani!”
Maka Aku bertanya dengan heran... “Pak, bapak
kuat jualan? Bapak mau kemana sebenarnya?”
“Saya
mau kemesjid itu (sambil menunjuk), takut terlambat karena jalan saya lambat,
kalau saya cepat kan saya bisa sholat sunat dulu sebelum sholat zuhur” icun
0 komentar:
Posting Komentar
Terima kasih.