Keduanya berjalan searah, seolah
dikejar dan mengejar
Salah satunya mengangguk-angguk
sambil berjalan
Mungkin ia sedang merayu, membujuk
yang didepan
Namun yang di depan, tak sedikitpun
menolehkan paruhnya
Supaya terlihat semakin hangat, saat
keduanya bertatap-tatapan
Hanya bisa tersenyum
****************************
Siang ini memang tidak terlalu
berbeda dengan siang-siang sebelumnya
Suara diesel tua, bisingnya burung
jalak serta hembusan angin sudah biasa menjadi hidangan siang ahad di lantai
dua rumah ini
Hanya saja hari ini, burung balam
sepintas memberi inspiras
Merindukan masa depan
****************************
Memori sontak berputar, lalu berhenti pada sebait dialog persahabatan sejati
Dialah Muhammad kekasih rabbul ‘alam
dan para sohibnya yang berjalan lurus
****************************
Hari itu menjadi saksi
Dia merindukan masa depan
Dia merindukan masa yang akan segera
datang
Ia rindu, kepada orang-orang yang
terlahir setelah kematiannya
Namun cinta, telah tertitip dan
menancap
Tumbuh dan bersemi pada keduanya
****************************
Burung balam bagai mengajak berbincang,
memberi nasihat
Usahlah terlalu merindukan masa lalu
Ia tak kan pernah kembali
Ia hanya tercatat abadi, pada sebuah kitab
Kelak, kitab itu akan dibaca jua
****************************
Lihatlah kisahnya, ia merindukan masa
yang akan datang
Rindukanlah pula ia hari ini
Rindukan dia yang akan dijumpai esok
pada sebuah telaga penghilang dahaga
Kerana ia pantas dirindu dan dikenang
Allahumma sholli ‘alaa muhammad