Disinilah aku
dengar, kalau awalnya emang susah, tapi lama-lama bakalan menjadi lebih mudah
dan kalau ayatnya mudah lupa alias susah dihafal, berarti tu ayat lagi rindu
gitu, ya walaupun sebenarnya aku gak ngerti gimana maksudnya ayat yang rindu
ama kita, aku coba aja buat nyaman dan lama-lama ama ayat itu sampai akhirnya
hafal
---
Sangat sulit
sebenarnya bagiku kalau diminta menceritakan pengalaman apalagi tentang apa
yang dirasakan dalam bentuk tulisan. Tapi yah, gak papalah dicoba dengan
Bismillah.
Assalaamu’alaykum
warohmatullah
Pertama
sekali, Alhamdulillah, segala puji bagi Allah yang telah menuntunku untuk
sampai ke wadah ini (Be A Huffaz Sahabat Pendidikan Ulil Albab). Wadah dimana
semangat kami sebagai peserta Be A Huffaz selalu dijaga dengan tantangan setiap
bulannya. Niat menghafalku memang sudah muncul semenjak sekolah menengah, tapi
apa daya niat masih sebatas niat sampai di bangku perkuliahan. Hingga akhirnya
sekitar satu tahun yang lalu aku bergabung dengan program Be A Huffaz ini dan
nggak terasa, eh udah setahun lebih. Mungkin bagi mereka yang menghabiskan
waktunya untuk fokus dalam menghafal Quran, satu tahun bisa jadi sudah mencapai
10 juz, berbeda denganku yang harus membagi waktu untuk kuliah, tugas dan organisasi
yang terkadang harus mengorbankan waktu malamku demi menjadikan amanah yang
diberikan. Sampe-sampe ya alhamdulillah dalam setahun ini aku sudah bisa
menghafal lebih dari 2 juz dengan segala tantangan.
Aku pernah
denger kalau menambah hafalan itu lebih mudah dari pada menjaganya. Namun
bagiku dua-duanya sama sulitnya diawal aku memulai untuk menghafal. Waduh, tapi
gak papalah yang penting istiqomah atau tetap bertahan. Saat memasuki hafalan
juz 1 sebenarnya masih belum terasa begitu sulit, karena mungkin sudah sering
didengar. Namun ketika udah masuk ke 12 halaman, bah! sampe lidahku pun sudah
kayak keseleo, ada yang bunyi suratnya mirip, akhirannya yang sama dan
ayat-ayatnya yang panjang. Disinilah aku dengar, kalau awalnya emang susah,
tapi lama-lama bakalan menjadi lebih mudah dan kalau ayatnya mudah lupa alias
susah dihafal, berarti tu ayat lagi rindu gitu, ya walaupun sebenarnya aku gak
ngerti gimana maksudnya ayat yang rindu ama kita, aku coba aja buat nyaman dan
lama-lama ama ayat itu sampai akhirnya hafal. Haha, emang sih ngafalnya gak
rutin tiap hari, hanya pas lagi kosong dan ingat aja. Mungkin karena masih di
awal-awal kali ya.
Akhirnya
beberapa bulan lalu, juz 1 pun berhasil kuhafal, Alhamdulillah ya. Nah sekarang
beranjak untuk juz 29. Wah! Godaannya makin keren bro, biasanya aku semangat
untuk nambah hafalan walaupun sesekali, namun ketika beranjak ke juz 29 ini,
entah kenapa rasa malasku kian memuncak, kalau kata teman-teman dan seniorku
sih wajar karena udah semester-semester akhir. Jadi bawaannya malas dalam
segala hal. Namun aku berfikir pasti ada caranya hingga aku pernah dapat
nasehat bahwa kalau kita jauh dari Alquran alias tilawah, maka bisa-bisa waktu
kita menjadi sia-sia, sementara kalau sering tilawah maka waktu kita jadi lebih
produktif. Katanya juga kalau kita sering bingung mau ngapai artinya kita
kurang dekat ama Allah.
Akunya ya
terkejutlah dengar kayak gitu, kitakan takut kalau jauh-jauh dari Allah. Maka
sejak saat itu aku coba buat ikut kayak program ODOJ walaupun gak masuk
grupnya. Ala mak, awalnya aku ragu juga, kalau mau tilawah 1 juz sehari kapan
ngafalnya? Kemudian aku putuskan untuk fokus tilawah yang rutin terlebih dahulu
supaya terbiasa. Mmm, betul emang, untuk selesai tilawah aja susahnya minta
ampun. Tapi ya sama, Alhamdulillah Allah memberikanku pemikiran seperti ini
“Yah, kalau udah biasa pasti bisa”. Oke latihan kulanjutkan dan waw, belum
rutin tilawahku setiap harinya namun benar, waktuku semakin lebih bermanfaat
dengan hal-hal yang lebih positif seperti membaca, hadir kajian, dan kegiatan
lain. Pada akhirnya aku menemukan formula luar biasa, yaitu menjadikan deadline
sebelum deadline. Ya, aku menulis apa-apa saja yang harus aku tuntaskan esok
hari di atas kertas bekas dan itu dibuat sebelum tidur malam hari. Mulai dari
kuliah jam sekian, rapat jam sekian, jumpa si A, Si B, jemput ini dan itu, buat
ini dan itu dan gak lupa “hafal surat ini ayat segini”.
Namun balek
lagi, karena belum biasa maka waktunya masih belum begitu ter-plot dengan baik,
maka hal-hal yang kutulis banya tidak terlaksana terutama menghafal. Nah,
disinilah aku berfikir untuk menjadikan waktu maghrib sampai isya untuk berdiam
diri di mesjid dan menghafal. Waduh ceritanya susah susah terus ya. Gimana gak
apa coba, biasa awak makan dan bekawan-kawan di waktu maghrib sampe isya,
sekarang jadinya harus diam di mesjid dan menghafal. Hehe, gak sampe situ aja,
Aku sering bolak-balik mengendarai sepeda motor pas waktu menjelang maghrib,
entah itu pulang jemput tugas, jalan-jalan, ke rumah adik dan sanak famili dan
kita semua tahu bahwa jalan di Medan sangat macet pada jam-jam genting itu.
Nah, biasanya Aku akan meneruskan perjalanan sampai ke rumah baru melaksanakan
sholat dan makan. Namun, saat ini udah beda, kalau azan maghrib udah terdengar,
maka Aku cari mesjid yang bisa parkir sepeda motor (karena ternyata gak semua
mesjid bisa parkir kenderaan) dan diam disana untuk menghafal sampai isya
kemudian berangkat kembali untuk pulang. Emang sih, ini gak selalu Aku lakukan,
sering juga Aku cuma sholat maghrib dan eh langsung aja pulang ke rumah.
Sejak
memplotkan waktu itulah aku menjadi lebih mudah untuk menambah hafalan walaupun
sehari hanya satu sampai dua ayat karena mengulang-ulang yang sudah lalu juga.
Nah, selanjutnya Aku coba ceritain tentang ketakutanku akan kehilangan hafalan.
Aku kuliah di
kampus umum, dengan berbagai agama, suku dan karakter yang beragam. Bukannya
negatif sih, tapi beginilah yang aku alami. Seringkali aku murojaah ketika
sedang dalam perjalanan, nah orang-orang di Medan ini gak tau ya entah memang
gak punya uang buat beli pakaian yang bisa nutupi seluruh tubuhnya, atau
bahannya abis, atau apa, Aku gak tau. Namun seringkali itu mengganggu
memurojaahku, dasar! Gak cuma itu, Aku memang tidak begitu membatasi
pergaulanku di perkuliahan hingga Aku juga sering mendengar kata-kata kotor
yang keluar dengan lancar dari mulut rekan-rekanku. Akunya emang udah sering
menghindar sih semenjak mulai menghafal, karena takut hafalannya hilang akibat
pengaruh kotor ucapan-ucapan kotor itu. Untuk itu aku akan mencoba pergi
menjauh dan mengecek apakah ada ayat yang dihafal itu hilang sambil
beristighfar. Ya Allah, Aku hanya berharap agar tidak satupun yang hilang.
Iya emang sih
Aku gak sempat juga ngecek semuanya saat itu juga, karena semenjak memasuki juz
1 dan 29 ini kan hafalannya udah gak kayak dulu, udah lebih banyak dan butuh
waktu lebih untuk memurojaahnya. Jadi ya Aku gak bisa pastikan apakah ada yang
hilang atau tidak sampai Aku memang mengkhususkan waktu sekian banyak untuk
memurojaah perlembarnya. Insyaa Allah, semoga hafalan ini tidak Allah cabut
sebelum nyawa dicabut. Mungkin ini dulu ya ceritanya. Masih banyak sih
sebenarnya, terutama tentang rasa manisnya. Wah, payah bilanglah pokoknya.
Yang jelas,
dengan dekat dengan Alquran, maka Aku dan Kamu akan jadi makin enak, enjoy,
gimana ya ngejelasin enaknya? Susah bro, karena ini bahasa hati, hubungannya
ama noh yang di atas, ALLAH. Jadi yang tahu gimana enak dan manisnya cuma Aku
atau Kamu sendiri dan Allah yang menguasai hatimu. Payah bilanglah pokoknya.
Pokoknya menghafal itu enak kali berkali-kali. Pahit memang kalau belum
istiqomah, tapi manisnya di yang pahit itu. Hehe.
Tu kan “Payah Bilanglah Pokoknya”
Tu kan “Payah Bilanglah Pokoknya”
“Semangat
Menghafal Quran, Semangat Menggapai Ridho Ilahi”